Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perang Makassar, Pertempuran Sultan Hasanuddin Melawan VOC

Kerajaan ini didirikan pada abad ke-14 oleh Rumanurung Bainea, dan mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1653-1669).

Sayangnya, kebesaran Kerajaan Gowa-Tallo harus runtuh akibat ambisi VOC yang ingin menguasai wilayah Sulawesi Selatan.

Sebelum runtuh, Kerajaan Gowa-Tallo melawan VOC dalam Perang Makassar yang terjadi pada tahun 1666 hingga 1669.

Penyebab Perang Makassar

Makassar merupakan pusat perdagangan dan pelabuhan strategis di wilayah Sulawesi.

Hal itu membuat kongsi dagang VOC milik Belanda, ingin menguasai wilayah Sulawesi Selatan, terutama yang dikuasai Kerajaan Gowa-Tallo.

Beberapa kali VOC datang ke Kerajaan Gowa-Tallo untuk berunding dan meminta diberikan hak monopoli.

Namun, sejak era Sultan Malikussaid (1639-1653) hingga Sultan Hasanuddin (1653-1669), VOC tidak pernah diizinkan melakukan aktivitas dagang di wilayah Makassar.

VOC kemudian melakukan rapat di Batavia pada 5 Oktober 1666 untuk membahas permasalahan tersebut.

Rapat tersebut menghasilkan keputusan untuk segera mungkin menaklukkan Kerajaan Gowa-Tallo dan merebut Makassar.

Hal inilah yang menjadi penyebab Perang Makassar yang berlangsung selama tiga tahun, yakni antara 1666-1669.

Kronologi

Pada 24 Oktober 1666, angkatan laut VOC berangkat ke Makassar di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Spelman.

VOC tiba di depan Benteng Somba Opu pada 15 Desember 1666, dengan kekuatan 21 kapal perang serta 600 pasukan.

Begitu sampai, Spelman mengutus orangnya menemui Sultan Hasanuddin untuk menyerah dan membayar ganti rugi kepada VOC.

Akan tetapi, tuntutan tersebut ditolak keras oleh Sultan Hasanuddin, karena VOC tidak memperlihatkan niat baiknya.

Menanggapi penolakan dari Sultan Hasanuddin, Laksamana Spelman menyerang Makassar pada 21 Desember 1666.

Serangan VOC tersebut segera dibalas oleh pejuang Gowa dengan gagah berani.

Setelah satu hari satu malam, pasukan VOC mundur dan mencari aliansi kepada Raja Buton, Ternate, dan Bone.

Begitu berhasil membentuk aliansi, pasukan VOC bersama Arung Palakka dari Bugis kemudian menyerang Makassar lagi pada 9 Juli 1667.

Namun, serangan tersebut berhasil dipatahkan oleh pasukan dari Kerajaan Gowa-Tallo hingga memaksa VOC dan aliansinya mundur.

Pada 22 Oktober 1667, VOC dan aliansinya menyerang lagi setelah mendapat bantuan pasukan dari Batavia.

Peperangan antara Kesultanan Makassar yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin melawan Belanda, berakhir pada 18 November 1667 melalui Perjanjian Bongaya.

Berikut adalah isi Perjanjian Bongaya.

Akhir Perang Makassar

Pada awal 1668, Sultan Hassanudin membatalkan Perjanjian Bongaya yang sangat merugikan pihaknya.

Hal itu kembali menyebabkan pecah perang antara pasukan Sultan Hassanudin melawan aliansi VOC pimpinan Arung Palakka.

Arung Palakka menyerang Benteng Somba Opu pada 1669 dan berhasil merebutnya dari pasukan Sultan Hassanudin.

Akibatnya, Sultan Hassanudin bersama pasukannya terpaksa melarikan diri hingga meninggal pada 1670.

Referensi:

  • M.C. Ricklefs. (2008). Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/06/18/130000379/perang-makassar-pertempuran-sultan-hasanuddin-melawan-voc

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke