Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peran Sriwijaya dan Majapahit dalam Integrasi Antarpulau

Sebagai kerajaan maritim yang besar, kekuasaan Kerajaan Sriwijaya tidak hanya sebatas di Nusantara, tetapi hingga Thailand dan Kamboja.

Sementara itu, Kerajaan Majapahit menjadi kerajaan besar dengan pusat pemerintahan di pedalaman Pulau Jawa, tepatnya di Mojokerto.

Berdasarkan Kitab Negarakertagama, wilayah Majapahit meliputi seluruh wilayah Indonesia saat ini, kecuali Sunda, dan beberapa daerah di Semenanjung Malaya.

Pada masanya, dua kerajaan ini berperan dalam proses intergrasi antarapulau.

Lantas, bagaimana peranan Sriwijaya dan Majapahit dalam proses integrasi antarpulau pada masa Hindu-Buddha?

Proses integrasi antarpulau

Kekuatan politik di dalam tubuh pemerintahan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit berperan penting dalam proses integrasi antarpulau.

Integrasi Nusantara pada masa Sriwijaya dan Majapahit terjalin melalui penguasaan wilayah perairan yang disokong oleh kekuatan pada angkatan lautnya.

Dengan jalan penguasaan, akan dengan mudah melakukan kontrol pada wilayah perairan atau wilayah pesisir.

Hal itu merupakan kunci dari keberhasilan Sriwijaya dan Majapahit dalam mencapai integrasi antarpulau di Nusantara.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi Sriwijaya dan Majapahit mampu melakukan integrasi antarpulau di Nusantara. Berikut beberapa faktor yang dimaksud:

Komoditas yang menarik

Pengaruh budaya seperti China, India, dan Nusantara menjadi salah satu penyebab Sriwijaya dan Majapahit melakukan integrasi.

Pengaruh berbagai kebudayaan tersebut membuat banyaknya komoditas dari berbagai wilayah di sekitar Selat Malaka, yang saat itu menjadi pusat perdagangan internasional.

Jalur perdagangan tersebut semakin berkembang pesat seiring berjalannya waktu hingga mampu menghubungan perdagangan di Laut Jawa hingga Maluku.

Komoditas perdagangan yang paling terkenal dari zaman kuno Hindu-Buddha hingga masa kedatangan bangsa Eropa selalu sama, yaitu rempah-rempah.

Peta Politik

Perkembangan perdagangan internasional memicu tumbuhnya berbagai macam kerajaan di wilayah Sumatera maupun Jawa.

Kerajaan-kerajaan yang berdiri mau tidak mau harus saling sikut, atau bekerja sama untuk mendapatkan pengaruh guna mengontrol jalur perdagangan.

Kerajaan yang kuat akan memaksa kerajaan yang lemah untuk tunduk dan mengakui kedaulatannya melalui cara damai ataupun ekspedisi militer.

Sriwijaya dan Majapahit mampu menguasai wilayah yang luas di Nusantara berkat kekuatan politik dan militernya.

Selain melalui kekuatan politik dan militer, kekuatan dagang, budaya, dan bahasa juga berperan dalam proses integrasi wilayah Nusantara.

Kerja sama

Hubungan yang terjalin antara pusat kekuasaan dan daerah adalah berupa hak dan kewajiban yang saling menguntungkan.

Pusat akan menerima hak berupa upeti dari kerajaan bawahannya, sedangkan daerah bawahannya akan mendapat perlindungan dari kerajaan pusat.

Namun, apabila mendapat ancaman, kerajaan kecil mampu melepaskan diri dan menjalin kerja sama dengan kerajaan lain dalam hubungan hak dan kewajiban tersebut.

Pada masa kejayaannya, Sriwijaya dan Majapahit mampu menjadi kerajaan besar yang membawahi berbagai kerajaan kecil.

Sebagai tanda takluk, kerajaan kecil akan mengirimkan upeti kepada Sriwijaya dan Majapahit.

Kemudian, sebagai imbalannya, Sriwijaya dan Majapahit berkewajiban untuk memberi perlindungan kepada kerajaan bawahannya.

Referensi:

  • Ramadhan, Prasetya. (2021). Jejak Peradaban Kerajaan Hindu Jawa 1042-1527. Yogyakarta: Araska.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/01/31/130000479/peran-sriwijaya-dan-majapahit-dalam-integrasi-antarpulau

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke