Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Latar Belakang Pecahnya Vietnam

Vietnam Utara dipimpin oleh Ho Chi Minh dengan ibu kota di Hanoi, sementara Vietnam Selatan dikuasai Kaisar Bao Dai dan PM Ngo Dinh Diem dengan ibu kota di Saigon.

Latar belakang pecahnya Vietnam tidak lepas dari kehadiran Prancis sejak pertengahan abad ke-18, yang kemudian menanamkan kekuasannya.

Berikut ini latar belakang terpecahnya Vietnam menjadi dua.

Perang Prancis-Vietnam

Sejak 1840-an, Vietnam berhasil dikuasai oleh Prancis setelah melakukan serangkaian perang kolonial di Indochina.

Ekspansi kekuasaan Prancis sendiri terdorong dari adanya keinginan untuk menyaingi Inggris dan kebutuhan mereka akan hasil bumi, seperti rempah-rempah untuk menggerakkan industrinya.

Selama Prancis berkuasa, rakyat Vietnam tidak tinggal diam. Beberapa pemberontakan pun dilancarkan oleh para kelompok nasionalis, tetapi gagal.

Tahun 1919, ketika Perjanjian Versailles sedang dirundingkan, Ho Chi Minh, seorang tokoh revolusi dan negarawan Vietnam, meminta untuk membuat perundingan kemerdekaan atas Vietnam.

Sayangnya, permintaan tersebut ditolak, sehingga Vietnam masih terus menjadi negara jajahan Prancis.

Pada 1941, Ho Chi Minh mendirikan Viet Minh, sebuah liga yang terdiri dari para nasionalis dan kelompok komunis yang mendukung kemerdekaan Vietnam, guna menggempur kekuasaan Prancis di negaranya.

Setelah perlawanan panjang, pasukan Viet Minh yang dipimpin oleh Ho Chi Minh dan Vo Nguyen Giap, mengklaim kemenangan setelah pasukan Jepang dan Prancis Vichy menyerah di Vietnam bagian utara pada 15 Agustus 1945.

Pada 2 September 1945, Ho Chi Minh mendeklarasikan kemerdekaan Republik Demokrasi Vietnam, di mana ia menjabat sebagai presiden pertama.

Namun, karena Prancis kembali datang ke Vietnam pada tahun berikutnya, akhirnya meletus Perang Indochina Pertama atau Perang Prancis-Vietnam pada 19 Desember 1946.

Terpecahnya Vietnam

Selama berperang, Viet Minh terus menguasai wilayah utara. Untuk melemahkan pengaruhnya, pada 1948, Prancis mengangkat kembali Bao Dai sebagai Kaisar Vietnam.

Pada Maret 1949, Kaisar Bao Dai dan Presiden Prancis Vincent Auriol sepakat bahwa Vietnam merupakan negara bagian Uni Prancis.

Tentu saja hal itu tidak diakui oleh Viet Minh dan Perang Prancis-Vietnam terus berlanjut.

Pada akhirnya, Viet Minh yang didukung oleh China dan Uni Soviet akhirnya memenangkan pertempuran pada 7 Mei 1954.

Perang Prancis-Vietnam diakhiri dengan Perjanjian Jenewa pada 21 Juli 1954, yang salah satunya menyatakan untuk membagi Vietnam menjadi dua, yaitu Vietnam Utara dan Vietnam Selatan.

Vietnam Utara dikuasai Ho Chi Minh dengan ibu kota di Hanoi, sementara Vietnam Selatan dikuasai Kaisar Bao Dai dan PM Ngo Dinh Diem dengan ibu kota di Saigon.

Selain itu, Prancis harus menarik semua pasukannya untuk keluar dari Indochina.

Setelah terpecah, Ngo Dinh Diem mengalahkan Bao Dai dalam suatu referendum dan memproklamasikan Republik Vietnam pada Oktober 1955, serta mengangkat dirinya sebagai presiden.

Sementara di Vietnam Utara, Pemerintah Republik Demokratik Vietnam (DRV) mengumumkan konstitusi yang berkarakter Komunis.

Referensi: 

  • Koesrianti. (2014). Association of South East Asian Nations (ASEAN): Sejarah Konstitusi dan Integrasi Kawasan. Airlangga University Press.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/01/06/080000079/latar-belakang-pecahnya-vietnam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke