Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Syekh Bentong, Kakek Raden Patah yang Merintis Islamisasi Jawa

Syekh Bentong adalah seorang ulama dari Indochina yang pertama kali datang ke Nusantara pada abad ke-15 dengan menumpang armada Laksamana Cheng Ho.

Sejak itu, ia aktif menyebarkan ajaran agama Islam dan diakui sebagai salah satu tokoh penting yang merintis Islamisasi Jawa.

Asal-usul

Syekh Bentong memiliki banyak nama lain, yaitu Musanuddin, Lebe Musa, Syekh Bantiong, Kiyai Bah Tong, dan Tan Go Wat.

Ia adalah putra Syekh Quro, tokoh penyebar Islam di Jawa Barat yang berasal dari Indochina, tepatnya antara Champa (Kamboja) dan Thailand.

Apabila dirunut asal-usulnya, Syekh Bentong diyakini masih keturunan Nabi Muhammad dari garis Siti Fatimah dan Ali bin Abi Thalib.

Dari istrinya yang bernama Siu The Yo, seorang Muslim asal China, Syekh Bentong memiliki putri bernama Siu Ban Ci.

Datang ke Nusantara

Syekh Bentong datang ke Nusantara bersama ayahnya pada 1416 M dengan menumpang armada Laksamana Cheng Ho dari China.

Kala itu, Laksamana Cheng Ho memimpin armada utusan Kaisar Yongle, penguasa ketiga Dinasti Ming, yang ingin menjalin hubungan persahabatan dengan berbagai bangsa.

Syekh Bentong dan Syekh Quro pertama kali mendarat di Muara Jati, Cirebon. Baru setelah itu beranjak ke Karawang, Jawa Barat.

Kala itu, mayoritas penduduk wilayah Jawa bagian barat, yang dikuasai oleh Kerajaan Sunda Galuh, masih beragama Hindu.

Syekh Bentong dan Syekh Quro bahkan disebut sebagai penyiar Islam pertama di tanah Sunda.

Selain berdakwah, Syekh Bentong membantu ayahnya mendirikan pondok pesantren yang dinamai Pondok Quro, yang kini menjadi pesantren tertua di Jawa Barat.

Kakek Raden Patah

Setelah beberapa tahun tinggal di Karawang, Syekh Bentong memilih pindah ke Gresik, Jawa Timur, demi meluaskan penyebaran agama Islam.

Di tempat tinggal barunya inilah, Syekh Bentong mulai menjalin relasi dengan banyak ulama dan menjadi bagian dari gerakan dakwah Sunan Ampel.

Tidak lama kemudian, putrinya dinikahi oleh penguasa terakhir Majapahit, Prabu Brawijaya V.

Ketika Prabu Brawijaya V dan Siu Ban Ci dikaruniai anak laki-laki, Syekh Bentong memberi nama cucunya Jin Bun.

Jin Bun alias Raden Patah, nantinya mendirikan Kesultanan Demak di Jawa Tengah.

Merintis Islamisasi Jawa

Dari Jawa Timur, Syekh Bentong ditugaskan untuk berdakwah di Lasem, saat ini termasuk wilayah Rembang, Jawa Tengah.

Tidak lama setelah itu, Raden Patah menyusul dan mendirikan Kesultanan Demak di Bintoro.

Syekh Bentong kemudian menjadi anggota majelis Wali Songo di Kesultanan Demak, yang tidak hanya mengurusi penyebaran ajaran Islam, tetapi juga berperan dalam politik kerajaan.

Selama Raden Patah berkuasa hingga 1518, Syekh Bentong menjadi salah satu sosok paling berpengaruh di Kesultanan Demak.

Melihat sejarah dakwahnya dari Jawa Barat, Jawa Timur, kemudian ke Jawa Tengah, dapat dikatakan bahwa Syekh Bentong adalah salah satu tokoh penting yang merintis Islamisasi Jawa.

Akhir hidup

Dari Demak, Syekh Bentong kembali melanjutkan islamisasi di Pulokalapa, Kawarang, tempatnya memulai dakwah di Nusantara membantu sang ayah mendirikan pesantren.

Di tempat inilah, Syekh Bentong melanjutkan syiar Islam serta mengajarkan agama hingga akhir hayatnya.

Setelah wafat, jenzahnya dimakamkan di Kampung Pulobata, dekat dengan makam Syekh Quro.

Hingga kini, makam Syekh Bentong masih bisa ditemukan di Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Referensi:

  • Apipudin. (2010). Penyebaran Islam di Daerah Galuh Sampai dengan Abad ke-17. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/22/120000679/syekh-bentong-kakek-raden-patah-yang-merintis-islamisasi-jawa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke