Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Andi Mattalatta: Kiprah, Peran, dan Kariernya

Kehebatannya dalam olahraga ia tunjukkan sejak tahun 1932. 

Kala itu, Andi menyisihkan para atlet keturunan Belanda dalam renang gaya dada memperebutkan piala Ratu Wilhelmina di Makassar.

Kemudian, usia 15 tahun, Andi Mattalatta menjadi petinju yang mengawali prestasi pada kelas bulu (55 kg) dengan mengalahkan petinju asal Batavia, Kid Usman kelas ringan (60 kg). 

Sejak saat itu, kiprahnya di bidang olahraga semakin bersinar. 

Tidak hanya olahraga, Andi Mattalatta juga sempat terjun dalam dunia militer. Ia bertugas sebagai Komandan Batalyon di Pare-Pare. 

Masa Muda 

Andi Mattalatta lahir di Sulawesi Selatan pada 1 September 1920. 

Sejak masih muda, Andi Mattalatta dikenal sebagai sosok yang disiplin. 

Kedisiplinannya muncul, karena ketika ia berusia 12 tahun, Andi Mattalatta mengikuti kejuaraan renang.

Andi Mattalatta yang memiliki postur tubuh yang mungil membuat dirinya sering diledek dengan sebutan "de Dwerg" alias si Cebol atau si Kate.

Julukan tersebut diberikan oleh seorang Belanda berbadan tinggi, John Rouwendal.

Sejak saat itu, Andi Mattalatta berusaha mencari tahu bagaimana si John berlatih. 

Setelah menemukan jawabannya, Andi Mattalatta mengetahui bahwa John berlatih tiga kali dalam seminggu dengan durasi dua jam setiap kali latihan.

Oleh karena itu, Andi Mattalatta memutuskan untuk berlatih renang setiap hari dengan durasi empat jam setiap latihannya. 

Atas semangat perjuangannya, Andi Mattalatta yang waktu itu masih berusia 13 tahun, berhasil mengalahkan John hanya dengan selisih waktu dua detik. 

Kiprah Militer

Tidak puas hanya sebagai atlet renang, Andi Mattalatta juga mengikuti semua cabang lain. 

Ia menggeluti ski air, terbang layang, tinju, dan berbagai jenis olahraga lainnya. 

Di hampir semua cabang olahraga tersebut, Andi Mattalatta selalu menjadi juara. 

Salah satunya dalam tinju, ia selalu diikutkan dalam pertandingan yang berada satu tingkat di atas kelasnya.

Kemudian, dalam lempar cakram, jika orang-orang saat itu hanya mampu melempar sejauh 25 meter, Andi Mattalatta berhasil mencapai 32 meter.

Terlepas dari kepiawaiannya dalam olahraga, Andi Mattalatta juga sempat terjun ke dalam dunia militer.

Meskipun Andi Mattalatta tidak ingin disebut sebagai tentara, ia turut andil dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 

Bersama dengan para petinggi militer saat itu, Gatot Subroto, Latumahina, Ratulangi, dan banyak lainnya, mereka memahami bahwa Indonesia sangat tertinggal jauh dalam pendidikan.

Akibat penjajahan Belanda, masyarakat Indonesia banyak yang tidak bisa membaca dan menulis. 

Oleh sebab itu, pada 26 April 1950, Andi Mattalatta langsung mengerahkan para pemuda untuk membuat sekolah-sekolah dan tempat belajar di kolong-kolong rumah.

Peran

Selain itu, ketika berkarier dalam bidang militer, Andi Mattalatta sempat ditugaskan sebagai Komandan Batalyon di Pare-Pare.

Semasa kepemimpinannya, ia mengharuskan semua anak buahnya untuk pandai berenang.

Hal ini terjadi karena ia memiliki pengalaman pahit saat memimpin Gerakan Operasi Militer (GOM) di Maluku Selatan saat menumpah Republik Maluku Selatan.

Prajurit  dalam Batalyon 705 yang diberangkatkan pada 18 Desember 1950 banyak yang tewas bukan karena tertembak musuh, melainkan tenggelam ketika terjadi pendaratan pantai.

Dua tahun kemudian, 1952, Andi Mattalatta memprakarsai pembangunan Stadion Mattoanging Makassar yang dilengkap dengan gedung olahraga, kolam renang, serta fasilitas olahraga lain.

Selain itu, ia juga turut berperan dalam penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) IV tahun 1957 di Makassar. 

Kemudian, tahun 1954, ia mendirikan Persatuan Olahraga Perahu Motor dan Ski Air (POPSA) di Makassar. 

Ia juga membangun rumah klub di depan Fort Rotterdam, tepi pantai kota Makassar.

Andi Mattalatta wafat pada 16 Oktober 2004 di usia 84 tahun, di kampung halamannya, Makassar, Sulawesi Selatan. 

https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/29/090000779/andi-mattalatta--kiprah-peran-dan-kariernya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke