Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perang Salib V (1217-1221)

Gerakan yang berlangsung antara 1217-1221 ini bermula ketika Paus Innosensius III dan penggantinya, Paus Honorius III, memberangkatkan Tentara Salib yang dipimpin oleh Raja Andrew II dari Hongaria dan Adipati Leopold VI dari Austria, menuju Yerusalem.

Akan tetapi, setelah bertempur selama hampir empat tahun, Tentara Salib belum mampu mengalahkan pasukan muslim.

Alhasil, mereka terpaksa menyerah dan menyepakati perjanjian damai yang bertahan selama delapan tahun.

Persiapan menjelang perang

Rencana untuk merebut Yerusalem telah dipersiapkan oleh Paus Innosensius III sejak 1208.

Pada April 1213, ia mengeluarkan bulla kepausan (dokumen yang dikeluarkan paus) yang menyerukan kepada seluruh umat Kristen untuk bergabung dalam Perang Salib.

Dalam dokumen tersebut, paus menargetkan sukarelawan yang memiliki keterampilan dalam berperang.

Sementara para biarawan dan laki-laki yang tidak terampil dalam militer, sangat didorong untuk menyumbangkan dana daripada terjun ke medan perang.

Hal ini untuk menghindari insiden seperti pada Perang Salib Anak (1212) yang melibatkan para petani dan anak-anak.

Kampanye perekrutan tentara perang ini cukup berhasil, terutama di Jerman, Inggris, Italia, Georgia, dan Hongaria.

Setelah Paus Innosensius III meninggal pada 1216, persiapan perang kemudian dilanjutkan oleh penggantinya, yaitu Paus Honorius III.

Jalannya perang

Serangan pertama Perang Salib Kelima dipimpin oleh Raja Andrew II dari Hongaria.

Pada Juli 1217, Raja Andrew II dan Adipati Leopold VI dari Austria, berangkat dari Zagreb menuju Yerusalem.

Mereka membawa lebih dari 20.000 tentara berkuda yang diangkut oleh armada Venesia.

Akan tetapi, serangan pertama ini belum membuahkan hasil dan Raja Andrew II kembali ke Hongaria pada Februari 1218 karena sakit.

Kemudian pada Mei 1218, tentara Jerman yang dipimpin oleh Oliver dari Paderborn, dan tentara campuran tentara Belanda, Flemish dan Frisia yang dipimpin oleh Pangeran William I dari Belanda bergabung dalam Perang Salib untuk menyerang Damietta di Mesir.

Mereka bersekutu di Anatolia dengan Kesultanan Rum Seljuk di bawah Kaykaus I dan menyerang Ayyubiyah di Suriah.

Pada Juli 1218, Tentara Salib mulai mengepung Damietta dan berhasil menguasainya pada Agustus di tahun yang sama.

Akan tetapi, beberapa bulan berikutnya, pihak-pihak yang terlibat banyak yang terbunuh akibat penyakit.

Oleh karena itu, pada 1219, Paus Honorius III mengutus Pelagius dari Albano untuk memimpin Perang Salib.

Sultan Al-Kamil mencoba berunding dengan menawarkan untuk menukar Damietta dengan Yerusalem, tetapi ditolak oleh Pelagius.

Setelah menduduki pelabuhan Damietta, Tentara Salib bergerak ke selatan menuju Kairo pada Juli 1221.

Akan tetapi, mereka terhalang oleh banjir di Sungai Nil, sehingga harus mundur ke puncak bukit terdekat di mana para pasukan terpaksa bertahan hingga kelaparan.

Dengan persediaan makanan yang semakin menipis, pasukan di bawah Pelagius akhirnya menyerah.

Perjanjian damai

Pada 28 Agustus 1221, Tentara Salib menyerah dan kedua belah pihak menyepakati perjanjian damai.

Sultan Al-Kamil mendapatkan Damietta kembali dan seluruh tahanan muslim.

Sedangkan Tentara Salib, yang mengalami kerugian besar, dapat kembali ke Eropa tanpa adanya gangguan.

Setelah perang, terdapat perdebatan dan saling tuding tentang siapa sebenarnya yang patut disalahkan atas kekalahan Tentara Salib.

Kegagalan ini kemudian menimbulkan munculnya sentimen anti-kepausan, salah satunya dari penyair Occitan Guilhem Figueira.

Referensi:

https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/22/160000679/perang-salib-v-1217-1221

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke