Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sugiyono Mangunwiyoto: Masa Muda, Kiprah, dan Kematiannya

Kolonel Sugiyono sendiri merupakan salah satu tentara yang pernah bertugas di Yogyakarta. 

Ia merupakan mantan Kepala Staf Korem 072/Pamungkas di Yogyakarta.

Pada 1 Oktober 1965, Kolonel Sugiyono menjadi salah satu korban dari peristiwa Gerakan 30 September.

Ia disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. 

Kehidupan Awal

Sugiyono Mangunwiyoto lahir di Gedaren, Sumbergiri, Ponjong, Gunung Kidul pada 12 Agustus 1926. 

Sugiyono menjalankan pendidikannya di sekolah guru. 

Setelah tamat sekolah guru, Sugiyono rupanya memilih untuk tidak menjadi seorang guru.

Sugiyono justru lebih tertarik pada dunia militer. 

Ia masuk pendidikan Pembela Tanah Air (PETA) atau kesatuan militer bentukan Jepang.

Di PETA ia diangkat menjadi Budanco (komandan pleton) di Wonosari. 

Setelah Indonesia merdeka, Sugiyono mengawali karier militernya menjadi anggota dari Badan Keamanan Rakyat (BKR). 

Kiprah

Di BKR, Sugiyono menjabat sebagai Komandan Seksi BKR atau yang berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober 1945. 

Pada 1946, ia menjadi Ajudan Komandan Brigade 10 Divisi Letkol Soeharto.

Lalu, Sugiyono menjadi perwira Operasi Brigade C di Yogyakarta. 

Setelah perang kemerdekaan, Sugiyono menjabat sebagai Komandan Kompi 4 Batalyon 411 Brigade C di Purworejo. 

Tahun 1955, ia menjabat sebagai kapten.

Semasa menjadi kapten, Sugiyono ditugaskan di Batalyon 436 di Magelang. 

Tiga tahun berselang, 1958, Sugiyono diangkat sebagai Wakil Komandan Batalyon 411 di Semarang. 

Kemudian, sejak Mei 1961, ia memegang jabatan sebagai Komandan Batalyon 411/Banteng Raiders III berpangkat Mayor. 

Selanjutnya, ia menjadi Komandan Kompi 0718 di Pati. 

Terakhir, Sugiyono ditugaskan di Yogyakarta dan menjabat sebagai Komandan Kodim. 

Ia juga merangkap menjadi Pejabat Sementara Kepala Staf 072. 

Penangkapan Sugiyono

Pada 1 Oktober 1965 pukul 04.00 WIB, Sugiyono sudah pergi meninggalkan Yogyakarta menuju ke Pekalongan. 

Ia sempat singgah di Semarang.

Saat di Semarang, Sugiyono mendapat kabar bahwa komandannya, Kolonel Katamso, sedang berada di Kentungan. 

Sugiyono pun memutuskan untuk kembali ke Yogyakarta. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan Pangdam VII Suryosumpeno.

Ia pun menyarankan Sugiyono agar tidak kembali ke Yogyakarta, namun Sugiyono tidak menghiraukan imbauan tersebut. 

Setibanya di Yogyakarta, Sugiyono langsung menuju ke rumah Kolonel Katamso. 

Saat itulah ia mendengar bahwa Katamso telah diculik.

Sugiyono lantas menuju markas Korem 72 yang ternyata sudah dikepung oleh para pemberontak. 

Pada 2 Oktober 1965 malam, ia dibawa menuju ke Kentungan. 

Akhir 

Di Kentungan inilah Sugiyono dipukul hingga tewas.

Jasadnya kemudian dimasukkan ke dalam sumur yang sudah disediakan bersama dengan tubuh Katamso. 

Tubuh Sugiyono dan Katamso sendiri baru ditemukan pada 21 Oktober 1965. 

Ia kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

Berdasarkan Surat Kepres RI No. 111KOTI/1975, pada 5 Oktober 1965, Sugiyono dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi. 

Referensi: 

  • Dinas Kebudayaan D.I. Yogyakarta. (2019). Menolak Dukung Dewan Revolusi. Warta Budaya. 1 Oktober 2019. hlm. 8. 

https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/15/145942379/sugiyono-mangunwiyoto-masa-muda-kiprah-dan-kematiannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke