Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kabinet Amir I: Penetapan, Susunan, Kebijakan, dan Pergantian

Periode dari kabinet ini berlangsung dari tanggal 3 Juli 1947 sampai 11 November 1947 dipimpin oleh Amir Sjarifuddin dibantu dengan 31 menteri yang membantunya dalam menjalankan kabinetnya. 

Penetapan 

Kabinet sebelumnya, Kabinet Sjahrir III dihentikan akibat adanya perpecahan yang muncul antara Sjahrir dengan Amir.

Sjahrir kemudian memutuskan untuk melepas jabatannya dan menjadi tanda berakhirnya Kabinet Sjahrir III. 

Setelah itu, pergantian kabinet pun terjadi, menjadi Kabinet Amir Sjarifuddin I. Kabinet ini dibentuk untuk menghadapi penyerbuan dari Belanda yang pertama kalinya. 

Diangkatnya Amir Sjarifuddin sebagai pengganti dari Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri dimulai saat hasil dari Perjanjian Linggarjati yang dianggap merugikan Indonesia. 

Sutan Sjahrir kala itu dianggap gagal. Partai oposisi maupun pemerintah berhenti memberikan dukungannya. 

Dengan kondisi pemerintahan negara yang sedang genting, presiden lantas memerintahkan Amir untuk segera membentuk kabinet baru. 

Kemudian pada 3 Juli 1947 dilantiklah Kabinet Amir Sjarifuddin I. Amir menjabat sebagai Perdana Menteri dan merangkap jabatan Menteri Pertahanan. 

Kabinet Amir I ini menjadi kabinet koalisi nasional yang kuat, sebab semua partai dan golongan yang menjabat di dalamnya mendapat pembagian kursi yang rata. 

Susunan

Para menteri yang menjadi anggota dalam Kabinet Amir I adalah sebagai berikut:

Kebijakan

Pada saat Amir Sjarifuddin memimpin kabinet pertamanya, ia sangat gigih untuk mempertahankan hidup Republik Indonesia. 

Dua hal yang berusaha ia pertahankan adalah Belanda harus mengakui Indonesia secara de facto dan masalah keamanan dalam negeri adalah tanggung jawab negara Indonesia sendiri. 

Kabinet Amir I yang dijalankan ini merupakan salah satu kabinet politis, sehingga Amir lebih mementingkan aspek politis dibandingkan aspek pembangunan sosial ekonomi. 

Bulan Juli 1947, Belanda melakukan aksi Agresi Militer Belanda I terhadap Indonesia. Tujuannya adalah agar Indonesia mengalami kehancuran. 

Dari peristiwa ini kemudian Amir diharuskan mengadakan perundingan dengan para pihak Belanda dan tercetuslah perjanjian Renville. 

Amir sangat yakin bahwa Perjanjian Renville dapat menyelamatkan keadaan bangsa Indonesia dari serangan Agresi Militer Belanda I. Namun yang terjadi justru sebaliknya. 

Pergantian

Hasil perundingan dari Perjanjian Renville memberikan kerugian pada bangsa Indonesia. 

Dari sini muncullah berbagai reaksi publik yang membuat Masyumi dan PNI menarik dukungan mereka terhadap Kabinet Amir I, begitu juga dari kelompok Sjahrir dan PSI. 

Karena Amir tidak dapat menghindari krisis dari kabinet ini, maka Amir beserta kabinetnya menyerah dan mengembalikan mandat mereka kepada presiden. 

Berakhirnya Kabinet Amir I ini kemudian dilanjutkan dengan Kabinet Amir II. 

Referensi:

  • Moedjanto, G. (1988). Indonesia abad ke-20. Yogyakarta: Kanisius. 
  • Nasution, A.H. (1978). Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid VIII. Bandung: hlm 48.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/06/163645179/kabinet-amir-i-penetapan-susunan-kebijakan-dan-pergantian

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke