Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FFP, Parma, dan Bukti Rentannya Klub yang Glamor karena Uang Pemilik

Kompas.com - 19/02/2020, 14:32 WIB
Alsadad Rudi,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

Pada pertengahan dekade 90-an, Parma diperkuat nama-nama besar, dari mulai Hernan Crespo, Enrico Chiesa, Juan Veron, Fabio Cannavaro, Lilian Thuram, hingga Gianluigi Buffon.

Kuatnya finansial Parma dalam mendatangkan pemain tak lepas dari sokongan Parmalat, perusahaan susu dan makanan yang mulai menjadi pemilik klub tersebut sejak 1991.

Namun, kejayaan Parma hanya berlangsung singkat.

Tahun 2003 adalah titik awal kehancuran mereka. Pada tahun tersebut, Parmalat mulai mengalami kesulitan finansial sampai akhirnya bangkrut.

Pada saat yang sama, Parma untuk pertama kalinya finis di luar enam besar klasemen akhir Serie A.

Mulai menurunnya prestasi Parma juga sejalan dengan kerugian operasional yang dialami klub tersebut.

Pada 2004, Parma sebenarnya sempat dinyatakan bangkrut. Namun, manajemen menemukan cara agar mereka tetap bisa berlaga di Serie A, yakni dengen melepaskan diri dari Parmalat dan mengganti nama dari AC Parma menjadi FC Parma.

Akal-akalan yang dilakukan manajemen nyatanya hanya kehancuran yang tertunda.

Pada musim 2007-2008, Parma akhirnya terdegradasi ke Serie B.

Baca juga: Alessandro Lucarelli, Pahlawan Parma yang Ajarkan Kesetiaan

Parma sempat kembali ke Serie A pada musim 2013-2014. Namun, pada musim 2014-2015, Parma dinyatakan bangkrut dan harus didepak ke kompetisi kasta paling terendah di Italia, Serie D.

Klub berganti nama menjadi Parma Calcio 1913.

Setelah melewati berbagai upaya, Parma kembali berlaga di Serie pada musim 2018-2019.

Kini, mayoritas saham klub dimiliki oleh Desports, sebuah perusahaan asal China.

Saat masa-masa awal mengakuisi Parma, presiden klub yang baru, Jiang Lizhang, berjanji akan berupaya membawa klub tersebut untuk bangkit kembali.

Dalam aturan FFP, pemilik klub tidak boleh menyuntikkan dana pribadinya ke klub.

Pemilik hanya boleh menjembatani kerja sama klub dengan perusahan-perusahaan miliknya, tentunya tetap berada di bawah pengawasan UEFA.

Tidak boleh ada kesepakatan main mata yang melanggar nilai pasar. Jika ketahuan, hukuman sudah menanti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com