Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PP Pordasi Tinjau Liga Pacuan Kuda Tertua di Indonesia

Kompas.com - 19/02/2020, 03:35 WIB
Nugyasa Laksamana

Penulis

KOMPAS.com - Dalam olahraga berkuda di Indonesia terdapat beberapa komisi yakni pacuan, equestrian, polo, dan berkuda memanah.

Salah satu komisi yang sangat populer di kalangan masyarakat Sumatra Barat yakni pacuan.

Sumatra Barat sendiri merupakan salah satu provinsi yang mendirikan Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PP Pordasi).

Baca juga: Alasan Juergen Klopp Tak Mau Melatih Klub Italia

 

Hingga saat ini, antusias masyarakat terhadap pacuan masih sangat tinggi. Terbukti adanya penjualan tiket Rp 5.000 dan Rp 10.000 per orang.

Euforia yang besar dalam menonton pacuan kuda membuat Ketua Umum PP Pordasi, Triwatty Marciano, tertarik mengunjungi ajang tersebut.

"Olahraga ini (pacuan) bukan bikin kelompok, olahraga ini milik kita bersama," kata Wali Kota Bukit Tinggi, Ramlan Nurmatias.

"Di sini, tua-muda, perempuan-pria, nonton pacuan. Makan saja dibungkus untuk dimakan sambil nonton pacuan."

Pertandingan pacuan kuda diselenggarakan di Gelanggang Pacuan Kuda Kubu Gadang Payakumbuh.

Pertandingan diselenggarakan Pemerintah Kota Payakumbuh yang mana Wali Kotanya juga merupakan Ketua Pordasi Kota Payakumbuh, Riza Falevi.

PP Pordasi akan mengembangkan potensi olahraga berkuda di Sumatra Barat. Perhatian juga akan diberikan di luar pacuan kuda.

Adapun catatan penting untuk evaluasi pacuan kuda kali ini yakni ketertiban penonton.

Sampah plastik bertebaran di mana-mana dan penonton masuk ke lintasan menjelang finis.

Terlebih lagi, jika mengingat jumlah penonton yang lebih dari 15.000 penonton.

Kedua hal tersebut membahayakan, pertama sampah plastik dapat sebabkan kuda tergelincir.

Kuda yang tergelincir dapat menyebabkan patah kaki kuda yang tidak dapat disembuhkan.

Baca juga: Bagus Kahfi Jadi Pemain Tersubur Garuda Select Sejauh Ini

 

Ketika tergelincir, joki akan terpental dan fatalnya bisa menyebabkan kematian.

Masalah kedua adalah penonton yang masuk ke lintasan seakan menyambut kuda di garis finis.

Hal tersebut dapat membahayakan penonton dan kuda beserta jokinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com