Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Ukara Tanduk dalam Bahasa Jawa?

Kompas.com - 03/04/2024, 06:30 WIB
Eliza Naviana Damayanti,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ukara tanduk atau kalimat aktif merupakan kalimat yang predikatnya (wasesane) memakai kata kerja (tembung kriya) tanduk atau mendapatkan awalan (ater-ater) anuswara (n-, m-, ng-, ny-) dan subyek (jejer) melakukan pekerjaan.

Mari, belajar ukara tanduk!

Ciri-ciri ukara tanduk

Terdapat beberapa ciri yang membedakan ukara tanduk dengan ukara yang lain, yaitu:

  1. Sering kali menggunakan imbuhan ater-ater anuswara (n-, m-, ng-, ny-) serta diikuti panambang -i atau -ake.
  2. Merupakan kalimat aktif.
  3. Menunjukan bahwa subjek sedang melakukan suatu pekerjaan.

Baca juga: 6 Silah-silahing Ukara Bahasa Jawa

Jenis ukara tanduk

Ukara tanduk dibagi menjadi tiga. Berikut penjelasannya:

Ukara tanduk mawa lesan (kalimat aktif transitif)

Ukara tanduk mawa lesan diartikan sebagai kalimat aktif transitif. Hal tersebut memiliki maksud bahwa ukara tanduk mawa lesan merupakan kalimat aktif yang memiliki sebuah obyek. Contohnya:

  • Aji ngombe banyu. (Aji minum air)
  • Toni nggambar gunung. (Toni menggambar gunung)
  • Lana nandur pari. (Lana menanam padi)
  • Bapak maca buku. (Bapak membaca buku)
  • Adhiku nggarap tugas. (Adik mengerjakan tugas)
  • Supri mikul kayu. (Supri memikul kayu)
  • Bu Khus nyekeli iwak. (Bu Khus memegang ikan)
  • Adhiku ngutahake banyu. (Adek saya menumpahkan air)

Ukara tanduk tanpa lesan (kalimat aktif intransitif)

Ukara tanduk tanpa lesan merupakan kalimat aktif intransitif. Ukara tanduk jenis ini merupakan kalimat aktif yang tidak memiliki obyek. Misalnya:

  • Ditto kerjo. (Ditto kerja)
  • Cella dolan. (Cella main)
  • Dirga adus. (Dirga mandi)
  • Umar sinau. (Umar belajar)
  • Mbakku ngguyu. (Kakak perempuanku tertawa)
  • Faisal mlaku-mlaku. (Faisal jalan-jalan)
  • Atha turu. (Atha tidur)

Ukara Tanduk Mawa Lesan lan Geganep

Ukara tanduk mawa lesan dan geganep memiliki ciri-ciri, yaitu wasesanya terbentuk dari imbuhan gabungan ater-ater anuswara dan panambang "-i" atau panambang "-ake". Contoh ukara tanduk mawa lesan dan geganep seperti berikut:

  • Bapak maringi adhik sangu. (Bapak memberi Adek sangu)
  • Ibu nggorengake masku iwak. (Ibu menggorengkan kakak saya ikan)

Baca juga: 10 Silah-silahing Tembung Bahasa Jawa

 

Referensi:

  • Drs. Imam Sutardjo, M. (2014). Kawruh Basa saha Kasusastran Jawi. Surakarta: Bukutujju.
  • Nuraini, S. P. (n.d.). Pepak Basa Jawa. Karanganyar: Lingkar Media.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com