Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Candra Panatacara Panggih Pengantin: Gagrak Surakarta

Kompas.com - 05/03/2024, 20:30 WIB
Eliza Naviana Damayanti,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

Artinya:

Ayah mempelai wanita kemudian berdiri di depan mempelai wanita, dan orang-orang yang mendengarkan pun terkejut. Kedua tangannya bersandar di bahu mempelai wanita. Segera dengan penuh percaya diri, Ayah mempelai wanita mendudukkan kedua mempelai. Ketika kedua mempelai sudah duduk, maka kedua mempelai pun ikut duduk. Sama seperti sifat tumbuhan.

Sesungguhnya kedua mempelai akan tumbuh subur, segala tanaman, memberikan perlindungan kepada mereka yang sedang kesusahan. Dengan kata lain, kehidupan kedua mempelai akan penuh rejeki, mampu mengayomi.

Oleh karena itu, Ayah dan Ibu telah meyakini jalan hidup yang akan diperuntukkan bagi mereka berdua. Para Ibu kembali ke rumah untuk melihat dari kejauhan.

Baca juga: Arti Motif Batik Keraton, Batik Cuwiri, Batik Pringgodani, dan Batik Sekar Jagad

Kacar-kucur 

Wijang inglang lampah, juru sumbaga nyiyagakaken parabotanipun tampa kaya utawi kacar-kucur dana kaya. Kados dene naminipun adat, penganten kakung badhe ngasokaken kacang kawak, beras kuning, redana receh, sinartan sekar melathi ingkang sampun piniji mring pangkonipun penganten putri. Kanthi sipat gemi, nastiti, ngati-ati, penganten kakung ngasokaken sarana datan wonten pedhotipun. Semanten ugi, penganten putri anampi sumpah prasapa penganten ingkang bakal ngayomi tanpa wonten bab-sarana ingkang dipunsingidaken utawi dipun-delikaken, dana pangupa gesang menika karukti kanthi kebak ing pangati-ati ugi. Pramila, kekalihipun bakal ginanjar sugih, turah ing rejeki.

Dhasar pribadi becik ingkang kagadhahi, penganten kakung tansah ngemutaken garwanipun, kedah eling mring tiyang sepuh. Nadyan amung putra mantu, nanging bektinipun kepara nglangku-nglangkungi para putra pribadi rama-ibu penganten putri. Lampah menika katedahaken, penganten kekalih maringaken srana kacar-kucur menika ing ngarsanipun rama lan ibu penganten putri.

Kados pundia, rama lan ibu penganten bakal sepuh lan boten gadhah daya menapa-menapa. Amung nyenyadhong sih wilasanipun putra, murih saged nglajengaken gesang, memanjang yuswa, lan rumaos ayem-tentrem. Pramila, kekalihipun bakal janji tansah bekti mring kekalihipun. Bombong birawanipun manah rama-ibu, nalika anampi srana kacar kucur punika.

Artinya:

Di tengah aksinya, juru sumbaga menyiapkan perabotannya untuk menerima kekayaan atau menghamburkan dana kaya. Sesuai dengan nama adatnya, mempelai pria akan mempersembahkan kacang kawak, nasi kuning, redana receh, dan bunga melati yang diletakkan di pangkuan mempelai wanita.

Dengan sifat gemi, nastiti, hati-hati, mempelai pria menawarkan sarana tidak ada putusnya. Sekaligus kedua mempelai mengucapkan sumpah mempelai laki-laki yang akan melindungi tanpa ada maksud untuk disembunyikan atau disembunyikan, dana kehidupan penuh dengan kepedulian. Maka dari itu, keduanya akan kaya, lebih direjekinya.

Memiliki landasan pribadi yang baik, mempelai pria selalu peduli terhadap istrinya, ia harus mengingat orang tuanya. Walaupun hanyalah seorang menantu, namun pengabdiannya melampaui putra-putra pribadi Ibu mempelai wanita. Langkah ini ditunjukkan, kedua mempelai melewati cacar di hadapan Ayah dan Ibu mempelai wanita.

Dengan demikian, Ayah dan Ibu mempelai wanita akan sudah tua dan tidak mempunyai kekuasaan apa pun. Hanya dengan menjaga belas kasihan putranya, ia dapat melanjutkan hidupnya, memperpanjang umurnya, dan merasa damai. Oleh karena itu, keduanya akan berjanji untuk selalu berbakti kepada keduanya. Hati Ibu dan Ayah diliputi kegembiraan, saat mendapat perhatian seperti ini.

Baca juga: Tari Gambyong, Tari Tradisional Jawa Tengah

Dulangan

Penganten kekalih nedya pinarak angresepi swasana, angrahapi dhaharan, dulang-dulangan, kembul bujana. Sarana ingkang sampun kasiyagakaken Juru Sumbaga mawujud sekul jangkep ing lawuh sampun kaparingaken mring penganten. Kekalihipun gilir gumantya dulang-dulangan, penganten kakung andulang penganten putri, semanten ugi kosok wangsulipun. Manggih piwulangan luhur, samangsa memangun kulawarga parikedah linambaran tresna, asah-asih-asuh, murih lestari lan ngrembakanipun kulawarga. Penganten putri hangrimat penganten kakung, penganten kakung angrimat penganten putri. Ing benjang bakalipun. Nama limrah bilih penganten putri lelabuh mring garwanipun. Nanging kepara ing kahanan kulawarga, penganten kakung ugi  kedah siyaga ngrimat penganten putri. Wonten bab-bab wingit ingkang bakalipun amung saged dipun-labuhi dening penganten kakung, kados dene rerimat sakbibaripun babaran utawi lairan. Upamiya dipun-byantu piyantun sanesipun, malah adamel kuciwa utawi malah kepara andadosaken saru lan kirang prasaja.

Adat punika ugi sinebat kembul bujana. Kembul kumpul, bojana inggih anane mung bojo utawa sigaraning nyawa ingkang mapah ing penggalih lan pangrasa. Isinipun, amung tresna lan asih, engga boten bakal nalingsir saking kahanan lan pakarti becik.

Lampah adat dulangan kapungkasi ngonjuk tirta wening utawi banyu bening. Tirta narabas sakehing sesereting dhaharan. Bilih seret dhahar mujudaken sukerta utawi pepalang, pramila, tirta utawi banyu ingakang mujudaken sipating panggalih ingkang bakal ngleremaken prakawis utawi pepalang. Isening pamulangan luhur. Penganten kekalih pancen parikedah kagungan penggalih ingkang tansah adhem lan mbayu-mili kados sipatipun toya. Boten kaku, boten nengenaken agaling penggalih. Bab menika ingkang adamel tentremipun kulawarga penganten, benjangipun.

Artinya: 

Kedua mempelai sedang menikmati suasana, makanan, hidangan, upacara pernikahan. Sarana yang telah disiapkan oleh Juru Sumbaga berupa satu set masakan lengkap telah diberikan kepada kedua mempelai. Keduanya bergantian menjaga satu sama lain, mempelai pria menjaga mempelai wanita, dan sebaliknya.

Temukanlah hikmah yang luar biasa, ketika membangun sebuah keluarga, praktikkanlah keluarga yang penuh kasih sayang, kepedulian, kepedulian, lestari dan sejahtera. Pengantin wanita memberi salam kepada pengantin pria, pengantin pria memberi salam kepada pengantin wanita. Hari berikutnya. Merupakan hal yang lumrah bagi calon pengantin untuk menikah dengan suaminya. Namun dalam situasi kekeluargaan, pihak mempelai pria juga harus siap menjaga mempelai wanita. Ada hal yang hanya bisa dilakukan oleh kedua mempelai, seperti upacara pernikahan. Jika ditolong orang lain, malah pekerjaannya akan kecewa atau bahkan dibuat cabul dan kurang sederhana.

Baca juga: 5 Lagu Daerah di Jawa Tengah

Adat ini disebut juga kembul bujana. Berkumpul bersama, suami adalah satu-satunya istri atau belahan jiwa yang mampu mengungkapkan perasaan dan emosinya. Isinya hanya cinta dan kasih sayang, tidak akan lepas dari situasi dan perilaku yang baik.

Langkah adat Dulangan diakhiri dengan mengunjungi air jernih. Tirta memecahkan semua makanan itu. Jika hambatan atau hambatan makanan adalah hambatan, maka air adalah sifat pikiran yang akan menyelesaikan masalah atau hambatan tersebut. Isi pendidikan tinggi. Kedua calon pengantin ini memang memiliki hati yang selalu dingin dan mengalir bagai sifat air. Tidak sulit, tidak sulit. Hal inilah yang membuat keluarga calon pengantin bahagia keesokan harinya.

Referensi:

  • Puspitosari, E. (2011). Kajian Stilistika Panyandra Penganten Jawa Adat Surakarta. digilib.uns.ac.id.
  • Sidhiq Hidayatulloh, S. T. (2021). Panatacara Text of Sanggar Pasinaon Pambiwara Keraton Surakarta as a Nation Character Builder in Language Politeness. Atlantis Press. 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com