Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tari Gambyong, Tari Tradisional Jawa Tengah

Kompas.com - 08/02/2021, 18:15 WIB
Ari Welianto

Penulis

KOMPAS.com - Tari Gambyong merupakan tarian Jawa klasik yang mengambil dasar dari gerakan tarian rakyat dari seni tayub.

Awalnya tari Gambyong adalah tari yang hidup dan populer di lingkungan masyarakat dan kemudian berkembang menjadi tarian istana atau keraton.

Dilansir dari situs Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, tari Gambyong berasal dari daerah Surakarta, Jawa Tengah. Awalnya, tarian tersebut hanya sebuah tarian rakyat yang ditarikan ketika memasuki musim panen padi.

Namun, sekarang tarian khas tersebut selalu diadakan saat acara sakral dan sebagai penghormatan kepada tamu.

Tari Gambyong diiringi oleh gending Jawa (musik Jawa) yang dilantunkan oleh sinden (penyanyi) dan tetabuhan gamelan (alat musik tradisional Jawa).

Baca juga: Mengenal Tari Gandrung Banyuwangi

Sejarah tari Gambyong

Tari Gambyong mulai digunakan dalam Serat Centini yang ditulis pada abad ke-18 pada masa pemerintahan Pakubuwono IV (1788-1820) dan dan Pakubuwana V (1820-1823), raja Keraton Kasunanan Surakarta. Di mana telah menyebut adanya gambyong sebagai tarian tlèdhèk.

Namun, tari Gambyong merupakan perkembangan dari tari rakyat atau tayub. Tayuban merupakan ritual kesuburan dalam upacara panen maupun perkawinan masih sering dilaksanakan masyarakat Jawa

Dikutip dari buku Sejarah Tari Gambyong: Seni Rakyat Menuju Istana (2011) karya Sri Rochana Widyastutieningrum, mama Gambyong diambil dari salah satu penari. Di mana penari tersebut memiliki suara merdu dan tubuh yang lentur.

Dengan kedua bakat tersebut Gambyong yang memiliki nama lengkap Sri Gambyong cepat terkenal dam dapat memikat banyak orang.

Akhirnya nama Gambyong terdengar sampai ke telinga Raja Paku Buwono IV dan selanjutnya diundang untuk menari di istana.

Baca juga: Tokoh-tokoh dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)

Pada masa pemerintahan Paku Buwono IX, tari Gambyong kemudian digarap oleh KRMT Wreksadiningrat dan diperkenalkan kepada masyarakat luas.

KRMT Wreksadiningrat berhasil menggarap tari gambyong menjadi tarian tunggal, yang pantas dipertunjukkan di kalangan para bangsawan atau priayi.

Waktu itu tari Gambyong ditarikan oleh seorang waranggana (pesindhen). Gerakan tari tersebut diperhalus sesuai dengan kaidah kaidah tari keraton, sehingga mempunyai bentuk yang berbeda dengan sebelumnya.

Pada akhir abad ke-19 tari gambyong mulai berkembang di lingkungan Keraton dan istana Mangkunegaran.

Bentuk tari gambyong pada masa itu terdiri dari rangkaian gerak (sekaran atau kembangan) sebagai medium atau bahan untuk menyusun tari gambyong.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com