Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Fisik dan Diplomasi dalam Mempertahankan Kemerdekaan

Kompas.com - Diperbarui 06/12/2021, 20:03 WIB
Vanya Karunia Mulia Putri ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.comPerjuangan fisik adalah perjuangan dengan mengandalkan kekuatan militer. Sedangkan perjuangan diplomasi lebih mengutamakan perundingan.

Baik perjuangan fisik maupun diplomasi, semuanya membutuhkan semangat nasionalisme yang tinggi serta sikap pantang menyerah.

Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan perjuangan fisik dan diplomasi?

Perjuangan fisik

Dalam jurnal yang berjudul Perjuangan Lasykar Rakyat dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Lampung Selatan tahun 1945, karya Dany Lapeba, dkk, disebutkan jika perjuangan fisik merupakan perjuangan yang dilakukan dengan menggunakan senjata atau mengandalkan kekuatan militer.

Perjuangan fisik dilakukan lewat pertempuran. Akibatnya banyak korban jiwa berjatuhan.

Dalam memerdekakan Indonesia, banyak pahlawan yang menggunakan perjuangan fisik untuk mengusir penjajah. Berikut contoh perjuangan fisik di Indonesia, yang mengutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud):

Pertempuran Lima Hari di Semarang

Pertempuran ini terjadi pada 15 Oktober hingga 20 Oktober 1945. Pertempuran ini bermula dari tawanan Jepang yang kabur saat akan dipindahkan dari Cepiring ke Bulu.

Sesaat setelah tawanan kabur, Jepang melakukan serangan mendadak bahkan tersiar kabar pula jika Resevoir Siranda atau cadangan air minum untuk warga Semarang telah diracun oleh Jepang.

Dr. Kariadi sebagai Kepala Laboratorium Rumah Sakit Purusara pergi untuk mengecek kebenaran soal kabar tersebut. Dalam perjalanan, tiba-tiba Jepang menembak Dr. Kariadi secara brutal.

Para pahlawan Indonesia tidak terima karena Jepang tidak mau menghormati bahkan mengakui kemerdekaan Indonesia. Akhirnya pertempuran di Semarang tidak dapat dihindarkan. Banyak korban jiwa berjatuhan dalam pertempuran tersebut.

Sebagai bentuk penghargaan, di Semarang didirikan Monumen Tugu Muda dan nama Dr. Kariadi diabadikan menjadi nama rumah sakit, yakni Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Kariadi.

Baca juga: Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Berbagai Daerah

Pertempuran Margarana di Bali

Pertempuran ini juga dikenal dengan istilah pertempuran puputan, yang berarti pertempuran habis-habisan. Pertempuran Margarana terjadi pada 20 November 1946 dan dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai.

Sebelum pertempuran ini terjadi, I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya menyerang markas Belanda di Tabanan pada 18 November 1946. Pertempuran ini dimenangkan oleh I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya.

Dua hari setelahnya, Belanda melakukan aksi balas dendam atas kekalahannya di Tabanan. Belanda mengerahkan seluruh pasukan untuk mengepung dan menyerang Bali.

Saat pertempuran tersebut terjadi, I Gusti Ngurah Rai menyerukan pertempuran puputan. Prinsipnya Belanda harus angkat kaki dari Bali, jika ingin Bali dalam kondisi aman dan damai.

Pertempuran Medan Area

Pertempuran ini terjadi pada 13 Oktober 1945. Pertempuran ini bermula dari aksi seorang penghuni hotel di Jalan Bali, Kota Medan yang menginjak lencana merah putih.

Saat itu, para pemuda Indonesia di Medan bersatu dan melawan Sekutu serta NICA. Mereka bertempur untuk merebut gedung pemerintahan yang diambil alih Jepang.

Pertempuran terus berlanjut hingga akhirnya, Sekutu dan NICA mengarahkan kekuatannya untuk menyerang dan menduduki Kota Medan pada 10 Desember 1945.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com