Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Ragam Upacara Adat Papua

Kompas.com - 03/05/2023, 20:00 WIB
Serafica Gischa

Editor

Oleh: Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang menjadikannya negara yang indah.

Seperti halnya dengan pulau lainnya, Papua juga memiliki beragam kebudayaan. Mulai dari rumah, senjata, pakaian, hingga upacara adatnya.

Berikut lima ragam upacara adat Papua, yakni:

Bakar Batu, ritual masak bersama-sama

Upacara adat Papua yang pertama adalah upacara bakar batu yang menjadi salah satu bentuk syukur bagi masyarakat Papua. Upacara ini merupakan tradisi, di mana masyarakat Papua melakukan sebuah ritual memasak bersama-sama.

Pada perkembangannya, upacara bakar batu ini memiliki nama lain yang berbeda-beda, seperti Barapen di Jayawijaya, Kit Oba Isago di Wamena, dan Mogo Gapil di Paniai.

Biasanya, upacara bakar batu dilakukan oleh suku pedalaman seperti Nabire, Lembah Baliem, Pegunungan Tengah, Paniai, Pegunungan Bintang, Yahukimo dan Dekai.

Dalam sejarahnya, upacara bakar batu bagi masyarakat di pegunungan tengah Papua merupakan pesta untuk membakar daging babi.

Akan tetapi, sebagai bentuk toleransi, saat ini masyarakat Papua tidak harus atau tidak selalu membakar babi, terkadang mereka juga membakar sapi, kambing maupun ayam.

Baca juga: Tari Falabea dari Papua: Properti, Pola Lantai, dan Gerakannya

Tanam Sasi, upacara adat kematian oleh Suku Marind Anim

Upacara adat tanam sasi adalah upacara adat kematian yang berkembang di daerah Kabupaten Merauke dan dilaksanakan oleh suku Marind atau suku Marind-Anim. Suku Marind berada di wilayah dataran luas di Papua Barat.

Kata anim dalam penamaan suku Marind Anim ini memiliki arti laki-laki dan kata anum artinya adalah perempuan. Jumlah penduduk dari suku ini diperkirakan sebanyak 5.000 hingga 7.000 jiwa.

Upacara tanam sasi ini selalu dilaksanakan oleh Suku Marind dan berdampak pada hasil ukiran kayu khas Papua yang terkenal hingga ke mancanegara.

Masyarakat Papua yang melaksanakan upacara tanam sasi ini mempercayai bahwa ukiran pada kayu sasi memiliki beberapa makna khusus, seperti kehadiran dari para roh leluhur, simbol kepercayaan pada makhluk hidup dan simbol dari keindahan dan karya seni.

Wor, ritual untuk meminta perlindungan

Upacara Wor merupakan tradisi yang telah dilakukan secara turun temurun oleh Suku Biak, yaitu suku yang mendiami berbagai daerah di Papua.

Upacara Wor dapat dimaknai sebagai upacara adat yang memiliki hubungan dengan kehidupan religius dari masyarakat Suku Biak, sehingga segala macam aspek kehidupan sosial masyarakat Suku Biak seringkali diwarnai dengan Wor.

Bagi warga Biak, upacara Wor merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh keluarga inti dengan melibatkan kerabat suami dan istri.

Tujuannya adalah untuk memohon sekaligus meminta perlindungan untuk anak mereka pada penguasa alam semesta.

Upacara Wor juga dipercaya oleh warga Biak dapat melindungi seseorang setiap ada peralihan siklus dalam hidupnya.

Biasanya, masyarakat Suku Biak melaksanakan upacara Wor untuk mengiringi pertumbuhan fisik anak-anak, sejak masih dalam kandungan, sudah lahir hingga usia tua atau bahkan kematian.

Baca juga: Macam-macam Ragam Hias Papua dan Kalimantan Beserta Maknanya

Kematian Suku Asmat

Upacara adat Papua yang cukup dikenal adalah upacara kematian oleh Suku Asmat. Suku Asmat merupakan salah satu suku yang memiliki populasi terbesar di Papua.

Selain sebagai suku terbesar, Suku Asmat juga memiliki beberapa ritual atau upacara-upacara penting yang biasa dilakukan dan salah satunya adalah upacara kematian Suku Asmat.

Masyarakat Suku Asmat, biasanya tidak mengubur mayat dari anggota suku yang telah meninggal dunia.

Mereka biasanya meletakan mayat tersebut di atas perahu lesung dengan dibekali sagu, lalu mayat tersebut dibiarkan mengalir ke laut membiarkan mayat tersebut berada di atas anyaman bambu hingga akhirnya membusuk.

Setelah mayat yang dibiarkan itu menjadi tulang belulang, barulah masyarakat Suku Asmat akan menyimpannya di atas pokok kayu.

Sedangkan tengkorak dari mayat tersebut akan dijadikan sebagai bantal oleh anggota keluarganya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kasih sayang, cinta dari anggota keluarga yang ditinggalkan.

Upacara kematian dilakukan oleh masyarakat Suku Asmat, karena masyarakat Asmat percaya bahwa kematian bukanlah suatu hal yang alamiah, melainkan sebagai penanda adanya roh jahat yang mengganggu.

Oleh karena itu, ketika ada seseorang yang sakit, maka warga Asmat akan membuat pagar dari dahan nipah.

Baca juga: Ciri Khas Ragam Hias Papua

Kiuturu Nandauw

Di Papua, ada pula beberapa upacara adat khusus penting yang biasanya dilakukan oleh para orang tua untuk anak-anaknya.

Anak-anak di Papua, biasanya akan melaksanakan serangkaian upacara adat yang menjadi salah satu tradisi secara turun temurun.

Salah satunya adalah upacara adat Kiuturu Nandauw atau biasa disebut dengan upacara adat Kakarukrorbun.

Upacara adat satu ini merupakan upacara potong rambut pertama kali yang dilakukan oleh anak-anak ketika menginjak usia 5 tahun.

 

Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com