KOMPAS.com – Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering melakukan pengukuran. Pembuatan rumah, gedung, jembatan, jalan raya, furnitur, pakaian, sepatu, dan produk lainnya menggunakan pengukuran dalam proses desain produknya.
Namun apakah sebenarnya pengukuran itu? Untuk mengatahui jawabannya, berikut adalah pengertian pengukuran menurut para ahli:
J. C. Nunnally dan I.H. Bernstein dalam buku The Asessment of Reliability. Psychometric Theory (1994) menyebutkan bahwa pengukuran adalah aturan untuk menetapkan simbol ke obyek.
Sehingga mewakili jumlah atribut secara numeric (penskalaan) dan menentukan apakah obyek termasuk dalam kategori yang sama atau berbeda sehubungan dengan atribut yang diberikan.
J.S. Calongesi dalam buku Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa (1995) menyebutkan pengukuran adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan.
Baca juga: Ketidakpastian dalam Pengukuran
W. Wiersma dan S. Jurs dalam buku Educational Measurement and Testing (1990) menyebutkan bahwa pengukuran adalah penilaian numerik pada fakta-fakta dari obyek yang hendak diukur menurut kriteria atau satuan-satuan tertentu.
J. Umar dalam Pengantar Penilaian Pendidikan (1991) menyebutkan bahwa pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi data secara kuantitatif.
M.J. Allendan W.M. Yen dalam buku Introduction to Measurement Theory (1997) menyebutkan bahwa pengukuran adalah penetapan angka bagi individu dengan cara sistematis yang mencerminkan sifat atau karakteristik dari individu tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa definisi pengukuran adalah membandingkan besaran yang diukur dengan besaran yang sesuai.
Pengukuran berdasarkan prosesnya terbagi menjadi dua, yaitu pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung. Berikut penjelasannya:
Dilansir dari Study, pengukuran langsung adalah jenis pengukuran yang secara eksplisit mengambil karakteristik obyek yang ingin diukur tanpa perlu memprosesnya terlebih dahulu.
Baca juga: Pengukuran sebagai Bagian dari Pengamatan
Misalnya ketika mengukur lebar lapangan bola bisa langsung dilakukan menggunakan meteran dan hasilnya bisa langsung di dapatkan.
Contoh lain dari pengukuran langsung adalah pengukuran panjang dengan meteran, pengukuran berat dengan timbangan, pengukuran waktu dengan stopwatch, dan juga pengekuran suhu dengan termometer.
Adapun pengukuran tidak langsung yaitu jenis pengkuran yang hasilnya tidak langsung di dapatkan, melainkan harus dikonversi atau diproses terlebih dahulu.
Misalnya pengukuran luas lapangan harus dilakukan dengan mengukur besaran lain yaitu panjang dan lebar lapangan. Luas baru bisa didapatkan dengan cara mengkalikan panjang dan lebar lapangan tersebut.
Contoh lain dari pengukuran idak langsung adalah pengukuran volume, pengukuran massa jenis, pengukuran nilai rata-rata, pengukuran gaya suatu benda, pengukuran besar medan magnet, dan juga medan listrik.
Baca juga: Pengukuran dalam IPA
Pengukuran suatu benda harus dilakukan dengan alat ukur yang sesuai dengan jenis besaran yang diukur.
Alat ukur memiliki skala yang seragam sesuai dengan standar, sehingga pengukuran di suatu negara akan sama dengan pengukuran di negara lain. Berikut adalah alat ukur berdasarkan besaran yang diukurnya:
Pengukuran listrik dapat menggunakan berbagai alat ukur baik yang bersifat analog maupun yang bersifat digital. Alat ukur listrik dapat berupa voltmeter, ohmmeter, galvanometer, amperemeter, kembatan wheatsone, dan juga avometer.
Pengukuran waktu dapat menggunakan alat ukur waktu berupa jam, jam pasir, stopwatch, bahkan jam atom yang memiliki ketelitian tinggi. Standar internasional waktu adalah detik yang disimbolkan sebagai s.
Pengukuran massa dapat menggunakan alat ukur berupa timbangan. Ada berbaga jenis timbangan misalnya timbangan analog, neraca pegas, neraca lengan, neraca ohauss, hingga neraca digital. Standar internasional massa adalah kilogram yang disimbolkan dengan m.
Baca juga: Suhu: Pengertian, Alat Ukur, Satuan, dan Rumusnya
Pengukuran panjang dapat menggunakan alat ukur panjang berupa penggaris, meteran, jangka sorong, ataupun mikrometer sekrup, sesuai dengan panjang dan ketelitian yang ingin diukur.
Setelah mengetahui besaran yang ingin diukur dan memilih alat ukur yang tepat, maka pengukuran bisa langsung dilakukan.
Pengukuran dilakukan lebih dari dua kali untuk mendapatkan hasil yang tepat, minimal sebanyak tiga kali pengukuran. Nilai pengukuran yang pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya dituliskan.
Dalam pengukuran biasanya terjadi ketidakpastian. Dilansir dari Science Education Resource Center at Carleton College, ketidakpastian pengukuran adalah rentang nilai yang mungkin terjadi perbedaan antara nilai yang terukur dengan nilai yang sebenarnya.
Ketikdakpastian pengukuran dapat dihitung dengan menghitung rata-rata hasil pengukuran dengan rumus sebagai berikut:
Baca juga: Rasio Ketergantungan: Definisi, Dampak, Fungsi, dan Cara Menghitung
Setelah mendapatkan nilai rata-rata hasil pengukuran, maka bisa dicari ketidakpastian pengukurannya melalui rumus: