KOMPAS.com – Budaya merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari manusia. budaya tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan melalui proses panjang bersamaan dengan berkembangnya peradaban manusia.
Budaya lahir karena adanya kepercayaan, pemikiran, kebiasaan, dan pencampuran manusia dalam jangka waktu yang panjang.
Namun bagaimanakah jadinya jika suatu budaya di revolusi?
Revolusi budaya adalah perubahan secara menyeluruh suatu budaya dan sosial suatu masyarakat dalam jangka waktu yang sangat cepat.
Dilansir dari History, revolusi kebudayaan merupakan gerakan sosial politik Tiongkok dari tahun 1966 hingga 1976 yang dipimpin oleh Komunis Mao Zedong.
Mao Zedong merupakan pemimpin partai komunis Tiongkok yang menjadi pemimpin Republik Rakyat China setelah lebih dari 30 tahun berjuang melawan kolonialisme.
Baca juga: Penetrasi Budaya: Pengertian, Proses, Macam dan Contohnya
Mao merasa pemerintahan China terpengaruh peradaban Barat dan feodalisme menyebabkan kemiskinan rakyat dan banyaknya pejabat korup.
Untuk membenahi keadaan tersebut sekaligus membangun kembali China, Mao meluncurkan revolusi kebudayaan pada pertemuan Pleno Komite Sentar ke-8 pada Agustus 1996.
Kaiming dalam buku Modern China: a Topical History (1986) menyebutkan revolusi kebudayaan dilakukan untuk menghapus empat hal kuno (4 olds) yaitu kebudayaan, gagasan pemikiran, tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan kuno.
Tentara merah (red guards) diberikan hak untuk menghancurkan segala hal yang berhubungan dan mengingatkan mereka dengan peradaban Barat dan Feodalisme termasuk benda-benda warisan sejarah.
Revolusi kebudayaan dapat terjadi akibat perubahan internal maupun ekternal yang terjadi dalam masyarakat. Pada revolusi kebudayaan China, faktor pendorongnya adalah:
Baca juga: Empat Cabang Seni Budaya
Fajar Harianto, Sumardi, dan Sugiyanto dalam jurnal berjudul Chinese Cultural Revolution in 1966-1979 (2018) menyebutkan bahwa revolusi kebudayaan berlangsung dalam emapt tahap sebagai berikut:
Penyebaran propagan dan dan instruksi partisipasi revolusi kebudayaan pada masyarakat, terutama para pelajar dan mahasiswa.
Pada proses ini sekolah dan universitas ditutup untuk menggerakan mobilitas pemuda secara besar-besaran. Terjadi perpecahan pendapat dalam masyarakat yang setuju dan tidak setuju atas revolusi kebudayaan.
Kelompok pendukung Mao membentuk kelompok paramiliter dalam jumlah besar dan turun ke jalan.