KOMPAS.com - Tari Tabuik berasal dari Sumatera Barat yang ditarikan pada ritual atau acara Tabuik.
Sama halnya tari Tabut di Bengkulu, Tari Tabuik lebih dikenal oleh orang Minang karena perlafalannya menggunakan "ik".
Dilansir dari jurnal Perayaan Tabuik dan Tabot: Jejak Ritual Keagaam Islam Syi'ah di Pesisir Barat Sumatera (2013) oleh Asril, tari Tabuik maupun Tabut diciptakan oleh salah satu seniman tari, Dindin pada 1987.
Tari Tabuik menjadi kreasi dari ritual Tabuik yang berasal dari ritual Syi'ah yang menjadi budaya masyarakat Sumatera Barat.
Tari Tabuik atau Tabuk selalu dibawakan pada saat ritual Tabuik yang diadakan dari 1-10 Muharam. Setelah mengalami perkembangan, tarian ini ditampilkan pada acara festival seni pertunjukan.
Baca juga: Tari Payung, Berawal dari Pertunjukan Sandiwara di Minangkabau
Ritual Tabuik dan Tabot berasal dari persitiwa perang Karbala di Irak antara Yazid dari Bani Umayyah dengan Husain bin Ali cucu Nabi Muhammad SAW.
Dalam peperangan tersebut, Husaun dan pasukannya mati terbunuh, kecuali beberapa perempuan dan anak-anak. Husain bagi penganut Syi'ah dianggap Imam ke-3 setelah ayahnya Ali bin Abi Thalib dan Hasan bin Ali kakanya.
Seluruh umat Islam Syi'ah di seluruh dunia termasuk Indonesia, memberikan penghormatan atas gugurnya Husain. Bentuk penghormatan di kawasan Timur Tengah diwujudkan dengan drama kronologi perjuangan Husain.
Masuknya Tabuik ke Pariaman, Sumatera Barat dibawa oleh orang Cipai (Sipahi). Mereka melakukan upacara Tabuik dengan melibatkan masyarakat sete mpat.
Menurut Kartomi dalam buku Nineteenth and Twentieth Century Indonesia (1986) oleh M.C Ricklefs, orang pertama yang membawa tradisi Tabut dari India ke Bengkulu ada seorang pemuka Islam, Imam Senggono atau Syeikh Burhanuddin.
Baca juga: Tari Tidi Lo Polopalo, Tarian Pernikahan di Gorontalo
Kemudian pemuka agama lain, Kadar Ali membawa tradisi tersebut ke Pariaman, Sumatera Barat. Karena dialek Minang menggunakan konsonan akhir "ik" maka tabut menjadi tabuik.
Berdasarkan jurnal Tari Tabut Sebagai Manifestasi Budaya Masyarakat Kota Bengkulu (2020) oleh Syielvi Dwi dan kawan-kawan, gerak tari Tabuik tetap memiliki unsur-unsur ritus Tabuik atau Tabuk.
Ritus-ritus yang terdapat dalam ritual yaitu:
Gerak tari yang mendominasi adalah gerak loncat yang menggambarkan suasana riang. Gerak tersebut dikenal dengan gerak Uli.
Gerakan ini hasil peniruan imitasi dari pengembangan gerak proses ritual Tabuk yang diubah ke dalam bentuk gerak yang komunikatif.