Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tari Payung, Berawal dari Pertunjukan Sandiwara di Minangkabau

Kompas.com - 12/03/2021, 20:08 WIB
Serafica Gischa

Penulis

KOMPAS.com - Tari Payung adalah tarian melayu di Minangkabau, Sumatera Barat. Pada zaman Belanda, tari Payung termasuk dalam bagian pertunjukan toonel atau sandiwara.

Dalam jurnal Eksistensi Tari Payung sebagai tari Melayu Minangkabau di Sumatera Barat (2015) oleh Diah Rosari Syafrayuda, sejarahtari Payung tak lepas dari seniman dari Semenanjung Malaya yang melakukan pertunjukan kesenian di daerah-daerah orang Melayu.

Selain ke Singapura dan Malaysia, mereka juga ke Nusantara. Pertunjukan yang dibawa orang-orang Semenanjung Malaya adalah komedi bangsawan.

Salah satu komedi bangsawan di Sumatera Barat yang terbentuk hingga sekarang adalah toonel. Pada zaman pemerintahan Belanda, toonel dibawakan dalam acara memperingati hari-hari besar Kerajaan Belanda, ulang tahun sekolah dan wisuda.

Baca juga: Tari Tidi Lo Polopalo, Tarian Pernikahan di Gorontalo

Di dalam pertunjukan toonel tidak hanya menyajikan sandiwara, melainkan beberapa kesenian lainnya termasuk tari Melayu Minangkabaui yaitu tari Payung.

Pertunjukan

Awalnya tarian ini dibawakan oleh laki-laki, namun kemudian bergeser menjadi perempuan. Hal ini karena pada masa dahulu kaum perempuan dilarang melakukan aktivitas di luar Rumah Gadang.

Oleh Sitti Agum, tarian ini kemudian diubah. Penari laki-laki diganti oleh penari perempuan, bahkan pemain musik pengiring tarian juga perempuan.

Pada abad ke-20, tari Payung mengalami perkembangan dengan ditarikan oleh penari laki-laki dan penari perempuan. Tari Payung memiliki beberapa pola lantai yang terbagi menjadi:

  1. Pola lantai vertikal, penari berbaris membentuk garis lurus dari depan ke belakang.
  2. Pola lantai horizontal, posisi penari berbaris membentuk garis lurus dari samping kanan ke samping kiri
  3. Pola lantai diagonal, penari berbaris seorng sehingga membentuk garis miring yang menyudut ke kiri ke kanan atau sebaliknya.
  4. Pola lantai melingkar, penari berkumpul ke tengah untuk membentuk lingkaran.

Baca juga: Tari Maengket, Ucapan Syukur khas Sulawesi Utara

Dilansir dari situs resmi Encyclopedia Jakarta, tari Payung menggunakan payung dan selendang sebagai properti utama.

Untuk busana tari Payung, penari perempuan menggunakan baju adat Minangkabau seperti baju kurung, bawahan rok dari kain songket, serta hiasan kepala seperti mahkota.

Sedangkan untuk penari pria memakai atasan dengan bawahan yang memiliki warna sama. Dibagian pinggang dililitkan songket hingga lutut. Bagian kepala juga menggunakan hiasan khas Minangkabau.

Musik pengiring tari Payung di antaranya talempong, akordian, biola, dan gitar. Irama yang diberikan dengan ritme cepa kemudian lambat di akhir pementasan.

Tema-tema lagu iringan tari Payung umumnya berkisah tentang perjalanan bulan madu sepanag suami istri ke Sungai Tanang.

Baca juga: Tari Malulo, Tarian Persahabatan Khas Sulawesi Tenggara

Makna Tari Payung

Tari payung yang berasal dari sumatra barat memiliki makna kasih sayang dan perlindungan untuk kekasih.

Makna tersebut dapat terlihat dari properti yang digunakan, yaitu payung dan selendang. Payung dimaknai sebagai bentuk perlindungan pria yang merupakan pilar utama dalam keluarga.

Sedangkan selendang yang digunakan penari perempuan melambangkan ikatan cinta suci dari pasangan. Selain itu, selendang juga memiliki arti kesetiaan seorang wanita dan siap membina rumah tangga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com