KOMPAS.com - Setelah berhasil menguasai Malaka pada 1511, Bangsa Portugis melanjutkan perjalanan ke Maluku. Tujuan utamanya menguasai rempah-rempah di Ternate atau Maluku.
Awalnya kedatangan Bangsa Portugis disambut hangat oleh raja serta rakyat Ternate. Bahkan Portugis diberi kesempatan mendirikan benteng dan hak monopoli perdagangan cengkeh.
Keserakahan Portugis dan ketentuan harga cengkeh yang terlalu rendah, membuat rakyat Ternate atau Maluku sengsara. Permusuhan antar keduanya pun tidak dapat dihindarkan. Akibatnya Portugis harus memindahkan kegiatan dagang mereka ke Nusa Tenggara.
Baca juga: Ciri Perlawanan Bangsa Indonesia pada Abad Ke-19
Menurut Miskuindu AS dalam Diktat Sejarah Nasional Indonesia (2019), perlawanan terhadap Bangsa Portugis didasari oleh keserakahan bangsa Portugis, dan tindakan monopoli perdagangan yang terjadi di beberapa daerah, seperti Aceh dan Maluku.
Perlawanan ini juga disebabkan oleh beberapa hal lainnya, yaitu:
Bangsa Indonesia merasa geram dengan tindakan Portugis dalam memonopoli perdagangan. Maka dari itu, rakyat Indonesia melakukan berbagai upaya perlawanan terhadap Portugis.
Apa sajakah bentuk perlawanannya?
Saat itu masyarakat Aceh berhasil mempertahankan diri dari pengaruh maupun desakan bangsa barat, termasuk Portugis. Salah satunya dengan tetap mengangkut rempah-rempah ke India dan Laut Merah, sekalipun Portugis melakukan serangan.
Upaya Portugis dalam mencegah atau menghentikan pedagang Aceh tidak berhasil. Karena kapal milik Aceh lebih canggih, gesit dan dilengkapi senjata serta prajurit. Tidak hanya itu, Aceh juga meminta bantuan dari Turki serta India.
Perlawanan Kerajaan Aceh berhasil dilakukan saat Sultan Ali Mughayat Syah memimpin kerajaan tersebut. Setelah itu, perlawanan dilanjutkan oleh Sultan Alaudin Riayat Syah al-Qahar dengan meminta bantuan Turki.
Pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda juga dilakukan perlawanan dengan menyerang Portugis di Malaka. Perlawanan ini tidak berhasil, namun tetap dilakukan hingga Malaka jatuh ke tangan VOC pada 1641.
Baca juga: Perlawanan Aceh Terhadap Portugis dan VOC
Monopoli perdagangan Portugis di Malaka sangat mengganggu aktivitas perdagangan para saudagar Muslim di lokasi tersebut. Akhirnya Kerajaan Demak beserta saudagar Muslim lainnya bersatu untuk melawan Portugis.
Perlawanan Kerajaan Demak berhasil dilakukan saat Fatahilah mengusir Portugis dari Pulau Jawa. Sebelumnya, perlawanan Kerajaan Demak juga pernah dilakukan oleh Sultan Trenggono dan menemui keberhasilan pula.
Pada 1565, rakyat Ternate di bawah kepemimpinan Sultan Hairun melakukan perlawanan terhadap Portugis. Untuk membendungnya, Portugis menggunakan cara licik untuk menangkap dan membunuh Sultan Hairun.
Hal ini semakin membuat rakyat Ternate marah. Saat Sultan Baabullah memimpin perlawanan tersebut, mereka berhasil menahan dan merebut benteng milik Portugis.
Orang Portugis yang ditawan akan dibebaskan oleh Sultan Baabullah jika bangsa Portugis meninggalkan Ternate. Akhirnya Portugis meninggalkan Ternate dan menetap di Timor Timur hingga 1975.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.