Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tari Kabasaran, Tarian Perang Khas Minahasa

Kompas.com - 02/02/2021, 18:15 WIB
Ari Welianto

Penulis

Penari yang terluka biasanya karena kesalahan sendiri, yang dalam hal ini si penari kurang menguasai sembilan jurus memotong dengan pedang dan sembilan jurus tusukan tombak.

Pedang tidak boleh digunakan menusuk atau menangkis, hanya tombak yang menusuk dan hanya perisai yang menangkis.

Pedang disebut Santi, tombak disebut Wengkou, perisai disebut Kelung. Dalam tarian tersebut tidak boleh menggunakan Wentis (panah) ataupun Papati (kampak).

Baca juga: Penyimpangan Sistem Tanam Paksa di Indonesia

Pakaian yang digunakan

Pakaian yang digunakan selain kemeja dan celana merah, juga menggunakan kain tenun Minahasa yang disebut, Kokerah, Pasolongan, Tinonton, dan Patola.

Kemudian memakai topi berhias paruh burung Uwak (Buceros Exaratus). Secara keseluruhan busana tari Kabasaran disebut Pakeyan Nuak.

Seluruh perlengkapan busana Kabasaran termasuk perhiasan kalung, gelang, topi, senjata, dan tajam.

Tarian Kabasaran harus dapat mengejutkan penonton, sehingga ada penonton yang mengucapkan kata "arotetei, okela" yang artinya "aduh bukan main, astaga". Disinilah letak penilaian keindahan tarian Kabasaran.

Bentuk penyajian tari Kabasaran

Tari kabasaran umumnya terdiri dari tiga babak, yakni:

  • Cakalele

Pada babak cakalele dulu ditarikan ketika para prajurit akan pergi berperang atau sekembalinya dari perang.

Baca juga: Jenis Vitamin Beserta Sumber dan Manfaatnya

Babak ini menunjukkan keganasan berperang para tamu agung dengan memberikan rasa aman pada tamu yang berkunjung .

  • Kumoyak

Babak selanjutnya disebut kumoyak. Kata kumoyak berasal dari kata "koyak" yang berati mengayunkan senjata tajam pedang atau tombak turun naik.

Kata koyak bisa berati membujuk roh dari pihak musuh atau lawan yang telah dibunuh.

  • Lalaya'an

Pada bagian lalaya'an para penari menari bebas riang gembira melepaskan diri dari rasa berang seperti menari lionda dengan tangan dipinggang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com