Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Tanam Paksa bagi Rakyat Indonesia

Kompas.com - Diperbarui 23/02/2022, 10:33 WIB
Serafica Gischa

Penulis

KOMPAS.com - Sistem tanam paksa dilaksanakan pada 1847, melalui birokrasi pemerintah.

Di mana pemerintah berfungsi sebagai pelaksana langsung dalam proses mobilisasi sumber perekonomian berupa tanah dan tenaga kerja.

Sistem tanak paksa lebih menguatamakan hasil produksi tanaman ekspor yang laku di pasar internasional.

Dampak positif dari tanam paksa tentu dirasakan lebih banyak oleh pihak Belanda, sedangkan rakyat Indonesia semakin merosot kesejahteraannya.

Berikut dampak yang tanam paksa bagi rakyat Indonesia:

Baca juga: Di Manakah Tanam Paksa Dilaksanakan?

Dampak negatif pelaksanaan tanam paksa

Menurut MC Ricklefs dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008), dampak negatif tanam paksa, yaitu:

Memakan waktu

Waktu yang dibutuhkan dalam penggarapan budidaya tanaman ekspor sering mengganggu kegiatan tanam padi.

Akibatnya rakyat lebih fokus pada komoditi yang dipaksa untuk ditanam alih-alih untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Membutuhkan air banyak

Penggarapan tanaman ekspor seperti tebu membutuhkan air yang banyak sehingga memberatkan petani.

Penggunaan tanah berkualitas

Budidaya tebu dan nila (indigo) menggunakan sebagian besar tanah sawah petani yang baik dan bernilai paling tinggi.

Dalam praktiknya, sistem tanam paksa juga menyimpang. Bagian tanah yang diminta untuk ditanami tanaman ekspor melebihi dari seperlima bagian sepertui yang ditentutakan. Misalnya sampai sepertiga atau setengah bagian, bahkan sering seluruh tanah menjadi tanaman ekspor.

Kebutuhan hewan ternak

Pelaksanaan sistem tanam paksa ini melipatgandakan kebutuhan akan hewan ternak petani. Tidak hanya untuk pekerjaan ladang tetapi juga sebagai alat angkut hasil tanaman ekspor menuju pabrik atau pelabuhan.

Baca juga: Palaksanaan Tanam Paksa di Indonesia

Timbul kelaparan

Kegiatan tanam paksa menyebabkan kelaparan dan wabah penyakit di mana-mana, sehingga angka kematian meningkat tajam.

Bahaya kelaparan menimbulkan korban jiwa yang sangat mengerikan di daerah Cirebon, Demak, dan Grobogan.

Hal ini mengakibatkan menurunnya jumlah penduduk di daerah tersebut. Selain itu, penyakit busung lapar juga terjadi di banyak daerah.

Selain itu ada kewajiban yang harus dilaksanakan petani yang menjadi beban berat, seperti:

  1. Petani diwajibkan untuk menanam tebu dengan skema rotasi penanaman padi.
  2. Penduduk desa diwajibkan melakukan pekerjaan seperti menanam, memotong, dan mengangkat tebu ke pabrik-pabrik gula.
  3. Seluruh penduduk desa dikerahkan bekerja untuk kepentingan pemerintah kolonial maupun untuk kepentingan pejabat dan kepala-kepala daerah.

Baca juga: Cultuurstelsel, Sistem Tanam Paksa yang Sengsarakan Rakyat Pribumi

Dampak positif pelaksanaan tanam paksa

Tanam paksa sangat membebani rakyat Indonesia, bahkan membuat sengsara. Namun, kalau dilihat semua kebijakan ada sisi positif dan negatifnya. Sisi positif tanam paksa bagi bangsa Indonesia adalah rakyat Indonesia mengenal berbagai jenis tanaman ekspor.

Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia IV (2008) karya Marwati Djoened dan Nugroho, dijelaskan dampak positif pelaksanaan tanam paksa bagi rakyat Indonesia, di antaranya:

  • Rakyat Indonesia mengenal berbagai teknik menanam jenis-jenis tanaman baru.
  • Meningkatnya jumlah uang yang beredar di pedesaan, sehingga memberikan rangsangan bagi tumbuhnya perdagangan.
  • Munculnya tenaga kerja yang ahli dalam kegiatan non pertanian yang terkait dengan perkebunan dan pepabrikan di pedesaan.
  • Penyempurnaan fasilitas yang digunakan dalam proses tanam paksa, seperti jalan, jembatan, penyempurnaan fasilitas pelabuhan dan pabrik serta gudang untuk hasil budidaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com