Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Periodisasi Sastra Indonesia

Kompas.com - 26/12/2020, 17:04 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hingga saat ini belum ada kesepakatan mengenai awal kemunculan sastra Indonesia. Pembabakan atau periodisasi sastra disusun oleh para ahli sastra menurut pandangan mereka masing-masing.

Penyusunan sejarah memang tidak dapat lepas dari kepentingan dan sudut pandang. Namun periodisasi yang disusun oleh para ahli sastra Indonesia sama-sama memiliki dasar argumen yang kuat.

Andri Wicaksono dalam Pengkajian Prosa Fiksi (2017) berpendapat, Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dan golongan dengan sosial dan budaya yang berbeda, yang akan menambah rumit pemetaan sastra Indonesia itu sendiri.

Ahli sastra yang menyusun periodisasi sastra antara lain HB Jassin, Ajip Rosidi, Nugroho Notosusanto, dan Bakri Siregar. Berikut rangkuman periodisasi sastra:

HB Jassin membagi periodisasi sastra menjadi dua, yaitu:

1. Sastra Melayu Lama: karya sastra pada periode ini disebarkan secara lisan.2. Sastra Indonesia Modern, meliputi:

  • Angkatan 20: awal dimulainya sastra Indonesia, tetapi masih menggunakan bahasa Melayu tinggi.
  • Angkatan 33: berbarengan dengan berdirinya penerbit bentukan Belanda, yaitu Balai Pustaka.
  • Pujangga Baru: angkatan yang protes terhadap sensor Balai Pustaka.
  • Angkatan 45: karyanya dipenuhi semangat kebangsaan dan nuansa kemerdekaan.

Baca juga: Periode Sastra Melayu Klasik

Ajip Rosidi membagi periodisasi sastra dalam dua kelompok besar, yakni:

1. Masa kelahiran dan masa penjadian (1900-1954)

  • Periode 1933: karya sastra didominasi bahasa Melayu tinggi.
  • Periode 1933-1942: muncul sejumlah sastrawan yang mulai memakai bahasa Indonesia.
  • Periode 1942-1945: angkatan yang muncul menjelang kemerdekaan Indonesia.

2. Masa perkembangan (1945-1969)

  • Periode 1945-1953: sastrawan lebih ekspresif pasca kemerdekaan.
  • Periode 1953-1961: politik memiliki pengaruh kuat pada karya sastra angkatan ini.
  • Periode 1961-1969: sastrawan lebih banyak meggunakan konotasi agar terhindar dari pergulatan politik.

Baca juga: Periode Sastra Balai Pustaka

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com