Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Periode Sastra Pujangga Baru

Kompas.com - 17/12/2020, 17:46 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam periodisasi sastra Indonesia, Periode Pujangga Baru merupakan satu periode yang penting.

Periode Pujangga Baru muncul setelah periode Balai Pustaka. Sebutan Pujangga Baru berawal dari sebuah majalah sastra dan budaya "Poedjangga Barne" yang terbit 29 Juli 1933.

Sastrawan yang menandai periode ini antara lain Sutan Takdir Alisyahbana, Armijn Pane, Asrul Sani, Sanusi Pane, Amir Hamzah, Ali Hasymi, J.E Tatengkeng, Selasih, dan Mozasa.

Salah satu karya paling terkenal pada periode ini adalah novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana. Novel tersebut menyiratkan polemik sastra dan kehidupan modern.

Dilansir dari Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, hal-hal yang dibicarakan di dalam karya-karya angkatan ini berkisar pada persoalan kebangsaan dan juga persoalan emansipasi wanita.

Sastrawan periode Pujangga Baru ingin lepas dari kekangan Belanda. Mereka ingin berkarya tanpa harus menuruti aturan Balai Pustaka bentukan kolonial.

Baca juga: Periode Sastra Balai Pustaka

Menurut Andri Wicaksono dalam Pengkajian Prosa Fiksi (2017), Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan.

Ciri-ciri karya sastra Pujangga Baru yang membedakan dengan periode lainnya adalah sebagai berikut:

  • Bertema persatuan, nasionalisme, dan rasa kebangsaan.
  • Beberapa sastrawan di angkatan ini mengangkat persoalan emansipasi wanita.
  • Alirannya disebut romantis idealis.
  • Sastrawan menyiratkan idealisme dalam karya-karyanya.
  • Ada pengaruh dari karya sastra tahun 1980an dari Belanda.
  • Mulai menyiratkan tentang modernimse, bahkan masa depan Indonesia.
  • Menggunakan bahasa yang indah dan lepas dari kaidah penulisan Balai Pustaka, yaitu menggunakan bahasa Melayu tinggi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pengertian, Sifat, dan Contoh dari Bilangan Berpangkat

Pengertian, Sifat, dan Contoh dari Bilangan Berpangkat

Skola
Apa Nama Benda Langit yang Berkelip Pada Malam Hari?

Apa Nama Benda Langit yang Berkelip Pada Malam Hari?

Skola
Mengenal 20 Sumber Makanan Protein Nabati

Mengenal 20 Sumber Makanan Protein Nabati

Skola
5 Kekurangan Model Komunikasi Dance

5 Kekurangan Model Komunikasi Dance

Skola
Apa Tujuan Manusia Melestarikan Tumbuhan?

Apa Tujuan Manusia Melestarikan Tumbuhan?

Skola
Apa Itu Kalimat dan Bagaimana Contohnya?

Apa Itu Kalimat dan Bagaimana Contohnya?

Skola
Lembaga Legislatif: Pengertian dan Fungsinya

Lembaga Legislatif: Pengertian dan Fungsinya

Skola
Siapa Itu Parikesit?

Siapa Itu Parikesit?

Skola
Karakter Tokoh Wayang Kumbakarna

Karakter Tokoh Wayang Kumbakarna

Skola
Mengenal Tokoh Rahwana

Mengenal Tokoh Rahwana

Skola
Tokoh Anoman dalam Pewayangan Ramayana

Tokoh Anoman dalam Pewayangan Ramayana

Skola
Mengenal Ukara Lamba Basa Jawa

Mengenal Ukara Lamba Basa Jawa

Skola
Bedane Geguritan Gagrak Lawas lan Gagrak Anyar

Bedane Geguritan Gagrak Lawas lan Gagrak Anyar

Skola
Prinsip dan Macam-macam Tembang Jawa Tengahan

Prinsip dan Macam-macam Tembang Jawa Tengahan

Skola
Pengertian, Ciri-ciri, dan Contoh Tembang Jawa Gedhe

Pengertian, Ciri-ciri, dan Contoh Tembang Jawa Gedhe

Skola
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com