Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sultan Hamid II, Perancang Lambang Garuda Pancasila

Kompas.com - Diperbarui 28/01/2022, 14:34 WIB
Ari Welianto

Penulis

KOMPAS.com - Garuda Pancasila merupakan lambang negara Indonesia yang berbentuk burung garuda dengan kepalanya yang menoleh ke sebelah kanan. 

Burung Garuda tersebut mencengkeram sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Tepat di tengah dada burung  Garuda terdapat perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda. 

Tahukah kamu siapa perancang lambang Negara Indonesia? Sultan Hamid II adalah perancang lambang Negara Indonesia. 

Fokky Wasitaatmadha dalam buku Spiritualisme Pancasila (2018), mengatakan bahwa perancangan lambang Garuda Pancasila dlakukan oleh Sultan Hamid II yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Sukarno. 

Baca juga: Jumlah Bulu pada Garuda Pancasila dan Maknanya

Sejarah terbentuknya lambang negara

Garuda Pancasila tidak serta merta muncul begitu saja. Sebelumnya, terdapat beberapa lambang negara yang sudah dibuat oleh beberapa tokoh. 

Setelah perang kemerdekaan Indonesia dan disusul pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, beberapa tokoh mulai merancang lambang negara sebagai salah satu identitas negara. 

Untuk memfasilitasi hal tersebut terbentuk Panitia Lencana Negara pada 10 januari 1950 di bawah koordinator Menteri Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susuna panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantara, M,A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Poerbatjaraka sebagai anggota.

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku Bung Hatta Menjawab, untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet, Menteri Priyono menyampaikan sayembara. Kemudian terpilihlah dua rancangan lambang negara terbaik. 

ua rancangan tersebut miliki SUltan Hamid II dan M Yamin. Pada proses selanjutnya, DPR memilih rancangan Sultan Hamid II. 

Karya M Yamin tidak diterima karena masih menyertakan unsur-unsur pengaruh Jepang, seperti sinar-sinar matahari. 

Baca juga: Makna yang Terkandung pada Perisai Garuda Pancasila

Tiga kali penyempurnaan

Setelah terpilih sebagai rancangan lambang negara, Garuda Pancasila mengalami tiga kali penyempurnaan, yaitu: 

  1. Mengganti pita yang dicengkeram Garuda menjadi warna putih. Sebelumnya pita tersebut berwarna merah. 
  2. Partai Masyumi keberatan terhadap gambar burung Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang prisai. Hal tersebut dianggap terlalu bersifat mitologi. Sultan Hamid II kemudian memperbaiki gambar lambang Garuda sehingga terbentuk Rajawali Garuda Pancasila. 
  3. Semula kepala Garuda Pancasila maih gundul. Kemudian Presiden Sukarno memerintahkan Dullah, seorang pelukis istana untuk menambahkan jambul pada kepala Garuda Pancasila. Selain itu mengubah posisi cakar kaki yang semula di belakang pita menjadi di depan pita dengan bentuk mencengkeram. Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyempurnakan bentuk final dengan menambah skala ukuran dan tata warna pada gambar lambang negara. 

Garuda PancasilaDok Kompas.com Garuda Pancasila
Siapakah Sultan Hamid II?

Sultan Hamid II memiliki nama lengkap Sultan Syarif Hamid Alkadri dari Kasultanan Pontianak. Dilansir Historia, Sultan Hamid II adalah Sultan ke-7 dari Kasultanan Qadriyah Pontianak.

Baca juga: Simbol Negara Garuda Pancasila

Sultan Hamid II lahir di Pontianak 12 Juli 1913 dari pasangan Sultan ke-6 Syarif Muhammad Al-Qadri dan Syecha Jamilah Syarwani.

Sultan Hamid II memperoleh pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. Kemudian meneruskan ke Hogeere Burger School (HBS) di Bandung dan HBS V di Malang.

Ia sempat sekolah di Technische Hooge School (THS) (sekarang ITB), tapi keluar dan masuk ke Akademi Militer Belanda (Koninklijke Militaire Academie) di Breda, Belanda.

Setelah lulus pada 1938, ia bergabung Koninklijke Nederlandsche Indische Leger (KNIL) dan bertugas di Malang, Bandung, Balikpapan.

Ia diangkat menjadi Sultan ke-7 pada 29 OKtober 1945. Pada 1946, Sultan Hamid II diangkat menjadi ajudan Ratu Kerajaan Belanda, Wilhelmina. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

6 Karakteristik Lembaga Sosial

6 Karakteristik Lembaga Sosial

Skola
Dampak Negatif Hubungan Sosial

Dampak Negatif Hubungan Sosial

Skola
Tips Menjaga Kesehatan Telinga

Tips Menjaga Kesehatan Telinga

Skola
Proses Terjadinya Hubungan Sosial Secara Disosiatif

Proses Terjadinya Hubungan Sosial Secara Disosiatif

Skola
Unsur-unsur Lembaga Sosial di Masyarakat

Unsur-unsur Lembaga Sosial di Masyarakat

Skola
6 Contoh Energi Kinetik dalam Kehidupan Sehari-hari

6 Contoh Energi Kinetik dalam Kehidupan Sehari-hari

Skola
Jawaban dari Soal 'Makanan Mengandung Energi Berupa'

Jawaban dari Soal "Makanan Mengandung Energi Berupa"

Skola
6 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Energi Alternatif

6 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Energi Alternatif

Skola
Teori Pengurangan Ketidakpastian: Asumsi dan Contohnya

Teori Pengurangan Ketidakpastian: Asumsi dan Contohnya

Skola
Asumsi Teori Interaksi Simbolik dan Contohnya

Asumsi Teori Interaksi Simbolik dan Contohnya

Skola
El Nino: Pengertian dan Penyebabnya

El Nino: Pengertian dan Penyebabnya

Skola
Majas Simile: Pengertian dan Contohnya

Majas Simile: Pengertian dan Contohnya

Skola
3 Wujud Kebudayaan beserta Contohnya

3 Wujud Kebudayaan beserta Contohnya

Skola
4 Struktur Pelindung Mata, Apa Saja Itu?

4 Struktur Pelindung Mata, Apa Saja Itu?

Skola
Macam-macam Gangguan Telinga dan Penyebabnya

Macam-macam Gangguan Telinga dan Penyebabnya

Skola
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com