Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lem vs Selotip, Mana yang Lebih Kuat?

Kompas.com - 21/06/2020, 17:00 WIB
Arum Sutrisni Putri

Penulis

Sumber Kidpid,Tesa

KOMPAS.com - Lem atau selotip, manakah yang lebih kuat untuk menempelkan atau menghubungkan suatu benda dengan benda yang lain?

Lem vs selotip

Mengutip Tesa, lem dan selotip berguna untuk menempelkan, merekatkan atau menghubungkan antara sebuah benda dengan benda yang lain. Tetapi cara kerja lem dan selotip dalam merekatkan benda tidak sama.

Lem adalah perekat cair yang terlebih dahulu harus mengering dan mengeras baru kemudian terjadi ikatan antarbenda. Sebaliknya, selotip atau pita perekat selalu lengket, tahan sejak awal dan siap segera untuk menghubungkan antarbenda.

Lem tertua di dunia berusia lebih dari 8.000 tahun dan berasal dari sebuah gua dekat Laut Mati. Orang kuno menggunakan lem yang terbuat dari campuran tulang hewan dan bahan tanaman ini untuk keranjang tahan air dan membuat peralatan.

Zaman sekarang, selotip dan lem dipakai untuk merekatkan atau memperbaiki hampir semua hal. Tahukah kamu mana yang lebih kuat, lem atau selotip?

Baca juga: Bagaimana Bahasa Bisa Punah?

Lem dapat dibuat dari molekul sintetis atau protein alam dan karbohidrat seperti dekstrin pati nabati, kasein protein susu, dan terpene dalam resin pohon.

Cara kerja lem dan selotip mencakup ikatan perekat dan ikatan kohesif. Ikatan perekat terjadi antara molekul perekat dan molekul apapun yang melekat padanya. Ikatan kohesif terjadi antara molekul lem atau selotip itu sendiri, mengikatnya bersama.

Biasanya lem terdiri dari polimer perekat yang dilarutkan dalam pelarut yang mencegahnya menempel di bagian dalam botol.

Aroma kuat pada kebanyakan lem berasal dari pelarut yang menguap ketika terpapar udara. Beberapa jenis lem menggunakan air sebagai pelarut, tetapi ada yang menggunakan bahan kimia yang berbahaya bila dihirup.

Meski ikatan perekat maupun kohesif pada lem kuat tetapi harus mengalami proses pengeringan. Itu sebabnya, jika permukaan yang direkatkan rusak setelah lem mengering, tidak dapat disambungkan kembali tanpa lem baru.

Baca juga: Bagaimana Cuci Tangan yang Benar?

Sebaliknya, ketika selotip diaplikasikan pada permukaan benda, akan membentuk ikatan yang lebih lemah dan dapat dibalik, sehingga selotip bisa dilepas dari permukaan dan menggunakannya lagi.

Ikatan lemah ini disebut kekuatan Van der Waals, yang dapat terjadi di antara dua bahan yang sangat berdekatan, lebih dekat daripada yang bisa dilihat mata telanjang.

Selotip biasanya terdiri dari lapisan yang dilapisi dengan kombinasi komponen karet (seperti karet melar), dan senyawa yang disebut tackifier, komponen lengket.

Kelengketan selotip ditentukan oleh proporsi komponen elastis dan tackifier, ketebalan perekat yang menyebar ke lapisan, dan jenis bahan lapisan.

Tidak ada reaksi kimia yang terjadi ketika selotip ditekan ke permukaan. Sebaliknya, perekat lunak mengalir ke celah dan lekukan permukaan. Kemampuan untuk meluncur ke celah-celah dan kemudian tetap di tempat disebut viskoelastisitas.

Setelah perekat viskoelastik mengisi celah mikroskopis ini, ia cukup dekat untuk membentuk kekuatan Van der Waals.

Jadi, apa perekat terkuat di dunia? Tidak ada jawaban pasti.

Dalam hal kekuatan mutlak ikatan rekat, lem lebih kuat dari selotip, tetapi tidak ada perekat yang berfungsi dengan baik dalam segala situasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com