Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45

Kompas.com - 28/04/2020, 18:30 WIB
Arum Sutrisni Putri

Penulis

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Chairil Anwar, penyair terkemuka di Indonesia, yang tanggal wafatnya pada 28 April diperingati sebagai Hari Puisi Nasional, merupakan pelopor angkatan 45.

Tahukah kamu mengapa Chairil Anwar disebut pelopor Angkatan 45?

Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45

Mengutip Chairil Anwar, Hasil Karya dan Pengabdiannya (2009) karya Sri Sutjianingsih, pada zaman pendudukan Jepang, mulai dikenal seorang sastrawan muda bernama Chairil Anwar yang sangat berani mengeluarkan pendapat.

Chairil Anwar tidak mau berpura-pura menjadi corong propaganda Jepang. Chairil Anwar tidak senang terhadap usaha pemerintah Jepang yang memanfaatkan semangat kebudayaan bangsa Indonesia sebagai potensi perang untuk memenangkan kepentingan Jepang.

Chairil Anwar adalah sosok yang sejak semua menaruh curiga pada maksud baik Jepang yang membentuk Pusat Kebudayaan (Keimin Bunka Shidoso) pada 1943.

Baca juga: 28 April, Hari Puisi Nasional dan Mengenang Chairil Anwar

Chairil Anwar mempunyai pandangan tersendiri mengenai seni di Indonesia dan ingin mengadakan revolusi dalam dunia sastra. Chairil Anwar menginginkan perubahan bagi generasinya, yaitu generasi sesudah perang.

Ia mengkritisi Angkatan Pujangga Baru dari sisi semangat dan bentuk sajak. Kemudian ia mengemukakan puisi-puisinya sendiri yang revolusioner dari sisi bentuk maupun isi.

Dalam menuliskan sajak-sajaknya, Chairil Anwar membawa perubahan radikal. Ia menggunakan bahasa Indonesia yang hidup dan berjiwa, bukan bahasa buku melainkan bahasa percakapan sehai-hari yang dibuat bernilai sastra.

Bentuk irama pada sajak karya Chairil Anwar jauh dari pantun, syair, soneta atau sajak bebas angkatan Pujangga Baru. Isinya menggambarkan pemberontakan yang terjadi dalam jiwa.

Sajak-sajak Chairil memberi udara segar bagi kesusasteraan Indonesia yang berada di bawah kekuasaan Jepang, yang tidak memberikan kebebasan berpikir dalam seni dan budaya.

Baca juga: Puisi: Arti dan Jenisnya

Tetapi justru saat itulah, Chairil Anwar membuat suatu revolusi dalam kesusateraan Indonesia dengan membawa aliran ekspresionisme. Dengan pengaruh sastrawan-sastrawan Belanda angkatan sesudah Perang Dunia I seperti Marsman, Du Perron dan Ter Braak.

Pembaharuan yang dilakukan Chairil Anwar telah mendobrak aturan-aturan kaku yang menghalangi kebebasan pribadi. Ia ingin menjadi manusia wajar yang merdeka mengeluarkan pendapat. Maka dari itu, Chairil Anwar disebut pelopor Angkatan 45.

Perubahan dan pembaharuan yang dibawa Chairil Anwar mendapat tanggapan baik dari penyair-penyair muda seangkatannya. Pendukung Chairil Anwar antara lain Asrul Sani, Rivai Apin, M Akbar Djuhana, Moh Ali, P Sengodjo, S Rukiah, Waluyati, Dodong Djiwapradja, Harjadi S Hartowardojo dan lain-lain.

Dengan demikian, lahirlah angkatan baru dalam Kesusasteraan Indonesia. Awalnya angkatan ini mendapat sebutan bermacam-macam seperti Angkatan Sesudah Perang, Angkatan Chairil Anwar, dan Angkatan Kemerdekaan.

Baru pada 1948, Rosihan Anwar menyebut angkatan ini dengan sebutan Angkatan 45 yang kemudian digunakan secara resmi. Tetapi menurut Abdul Hadi WM, Chairil Anwar sendiri menuliskan penamaan Angkatan 45.

Baca juga: Puisi Rakyat: Pengertian, Jenis, Unsur

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com