Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Pembuatan Perahu Phinisi

Kompas.com - 25/04/2020, 14:45 WIB
Ari Welianto

Penulis

KOMPAS.com - Perahu Phinisi merupakan perahu layar tradisional yang terkenal dari Suku Bugis, Sulawesi Selatan.

Proses pembuatan Perahu terbilang cukup unik dan membutuhkan waktu lama. Dikerjakan dengan cara tradisional memakai tenaga manusia.

Pembuaat perahu merupakan warisan yang sudah turun temurun sejak ribuan tahun lalu hingga sekarang. Perahu Phinisi sudah ada sejak abad ke-14.

Proses pembuatan

Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), proses pembuatan Perahu Phinisi sangat unik.

Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam membuat Perahu Phinisi dengan cara-cara tradisional. Tiap tahapan ada perhitungan-perhitungan tersendiri yang dimiliki Suku Bugis.

Baca juga: Perahu Phinisi, Perahu Tradisional Khas Suku Bugis

Berikut tahapan pembuatan Perahu Phinisi:

Tahap pertama

Tahap pertama yang dilakukan dengan menentukan hari baik untuk mencari kayu. Biasanya hari baik untuk mencari kayu jatuh pada hari ke-5 dan ke-7 di bulan yang sedang berjalan.

Angka 5 menyimbolkan naparilimai dalle'na yang berarti rezeki sudah ditangan. Sementara angka 7 menyimbolkan natujuangngi dalle'na yang berarti selalu mendapat rezeki.

Ada empat jenis kayu yang biasanya dipakai untuk membuat perahu, yakni kayu besi, kayu bikti, kayu kandole atau punaga, dan kayu jati.

Tahap kedua

Pada tahap kedua ada beberapa langkah, dan keunikan saat pengerjaannya. Tahap kedua merupakan proses menebang, mengeringkan dan memotong kayu.

Selanjutnya kayu atau bahan baku dirakit menjadi sebuah perahu dengan memasang lunas, papan, mendempul, dan memasang tiang layar.

Penggabungan kayu-kayu pembuat kapal, tidak digunakan perekat seperti lem khusus kayu maupun paku. Tapi menggunakan pasak kayu, sehingga membuat bagian-bagian bisa menyatu.

Pada saat peletakan lunas, harus disertai dengan proses khusus. Saat dilakukan pemotongan, lunas diletakkan menghadap timur laut.

Balok lunas bagian depan merupakan simbol lelaki, sedangkan lunas bagian belakang diartikan sebagai simbol wanita.

Setelah selesai diberi mantra, bagian yang dipotong ditandai dengan pahat. Pemotongan dilakukan menggunakan gergaji dan harus dilakukan tanpa boleh berhenti.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com