Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenderal Sudirman, Tetap Semangat Bergerilya meski Sakit

Kompas.com - 01/03/2020, 16:00 WIB
Ari Welianto

Penulis

Sumber ,Kemendikbud

KOMPAS.com - Hari ini merupakan sejarah peristiwa Serangan Umum, 1 Maret 1949 di Yogyakata.

Dalam peristiwa bersejarah tersebut tidak terlepas satu nama, yakni Panglima Besar Jenderal Sudirman.

Meski dalam keadaan sakit, Jenderal Sudirman tetap ikut bergerilya melawan penjajah Belanda yang menguasai Yogyakarta, ibu kota Indonesia waktu itu.

Bersama pasukan, Jenderal Sudirman bergerilya berpindah-pindah tempat. Ke selatan Yogyakarta melewati Karesidenan Surakarta, Madiun, dan Kediri.

Baca juga: Mengenal Saptoto, Seniman di Balik Monumen Serangan Umum 1 Maret

Sejarah

Sosok, Jenderal Sudirman tidak lepas dari sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Dilansir National Geographic Indonesia, ia tak pernah mau tunduk kepada siapa pun dan menghindari adanya perundingan dengan pihak Belanda.

Jenderal Sudirman menganggap hal tersebut hanya akan melemahkan posisi Indonesia dalam meraih kemerdekaan.

Kegigihannya untuk mempertahankan kemerdekaan tidak luntur meski sedang sakit. Dengan ditandu, ia mengarahkan pasukannya untuk tetap berjuang.

Janderal Sudirman, lahir di Desa Bodaskarangjadi, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916.

Dalam buku Guru Bangsa: Sebuah Biografi Jendera Sudirman (2008), karya Sardiman, Jenderal Sudirman punya etos kerja baik dan sederhana.

Ia belajar agama Islam sejak kecil. Ia anak yang taat agama dan selalu salat tepat waktu.

Setelah dewasa, Sudirman masuk militer dan bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA) bentukan Jepang.

Baca juga: Pak Supadi, Saksi Hidup Perjuangan Jenderal Sudirman di Pacitan

Awal gerilya

Pada 22 Desember 1948, Jenderal Sudirman memutuskan meninggalkan Yogyakarta untuk berperang dengan Belanda lewat gerilya pada masa agresi militer Belanda II.

Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), saat itu Jenderal Sudirman dalam keadaan sakit menderita TBC (Tuberculosis). Di mana paru-parunya hanya berfungsi 50 persen.

Meski sakit, tidak mengalahkan semangat Jendera Sudirman untuk berjuang melawan Belanda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com