Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenderal Sudirman, Tetap Semangat Bergerilya meski Sakit

Kompas.com - 01/03/2020, 16:00 WIB
Ari Welianto

Penulis

Sumber ,Kemendikbud

Perang gerilya yang dilakukan Jenderal Sudirman dan pasukannya merupakan sebuah respon atas Agresi Militer Belanda II.

Belanda yang kembali masuk ke Indonesia terutama di Pulau Jawa pada 14 Desember 1948 dan melakukan penyerangan diberbagai wilayah.

Di Yogyakarta, Belanda menyerang Pangkalan Udara Maguwo dan selanjutnya menyerang lewat darat. Pada 19 Desember 1948, Yogyakarta mampu dilumpuhkan dan dikuasai pasukan Belanda.

Baca juga: Jokowi Baru Tahu Jenderal Sudirman Wafat Setelah Idap TBC

Pada Agustus 1949 terjadi krisis politik militer di Yogyakarya. Sesuai perjanjian Roem Royen, Presiden Sukarno mengeluarkan perintah gencatan senjata pada, 3 Agustus 1949.

Padahal sehari sebelumnya, Jenderal Sudirman menghadap presiden untuk tetap mempertahankan kemerdekaan dengan berperang.

Selama gerilya

Saat menjalankan gerilya, Jenderal Sudirman harus ditandu dengan berpindah-pindah tempat dan keluar masuk hutan.

Menghilang dan menyerang dengan tiba-tiba. Bergerak, menyusup, kemudian muncul secara tiba-tiba.

Jenderal Sudirman tidak bisa memimpin secara langsung pasukannya saat berperang karena kondisinya. Ia memimpin lewat pemikiran dan motivasi untuk pasukannya.

Selama bergerilya, para pejuang juga melakukan penyerangan ke pos-pos yang dijaga Belanda atau saat konvoi.

Baca juga: Perang Gerilya, Taktik Perang Melawan Penjajah

Gerilya yang dilakukan pasukan Indonesia merupakan strategi perang untuk memecah konsentrasi pasukan Belanda.

Taktik tersebut membuat Belanda bingung dan kewalahan karena melakukan penyerangan tiba-tiba. Cara tersebut membuat pasukan Belanda terpaksa mundur.

Kembali ke Yogyakarta

Setelah hampir 7 bulan bergerilya dengan berpindah-pindah, Jenderal Soedirman memutuskan kembali ke Yogyakarta.

Dalam perjalanan menuju Yogyakarta, rombongan Janderal Sudirman dihadang oleh Belanda di Pacitan.

Kemudian perjalanan Jendera Sudirman dialihkan melewati daerah Sobo Nawangan. Di sana, Jenderal Sudirman tinggal selama 107 hari.

Di daerah Sobo, Jenderal Sudirman menyusun strategi untuk menghadapi pasukan Belanda. Dalam kesempatan tersebut Jenderal Sudirman mempu meningkatkan moral para pejuang Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com