KOMPAS.com - Dialek merupakan substandar atau standar dasar dari sebuah bahasa. Dialek sendiri sering dihubungkan dengan seseorang atau kelompok.
Namun dialek juga sering dihubungkan dengan bahasa, terutama bahasa tutur dalam daerah.
Dalam buku Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya (2007) karya Tedi Sutardi, secara etimologi, istilah dialek berasal dari kata dialektis dalam bahasa Yunani.
Dalam bahasa Indonesia adalah logat. Kata serapan logat pun bersumber dari bahasa Arab, yaitu lughah yang artinya denotasi bahasa.
Dialek adalah logat bahasa, perlambangan dan pengkhususan dari bahasa induk. Selain itu, dialek merupakan sistem kebahasaan yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk membedakan dari masyarakat lain.
Berikut batasan-batasan wilayah dialek, yaitu:
Baca juga: Bahasa dan Dialek: Arti, Macam, dan Sejarahnya
Sementara ciri-ciri dari dialek adalah:
Pada perkembagannya, kemudian salah satu dialek yang kedudukannya sedikit lebih tinggi, bisa diterima sebagai bahasa baku oleh seluruh wilayah.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Repbulik Indonesia, pertumbuhan dan perkembangan dialek ditentukan oleh faktor kebahasaan dan faktor luar bahasa.
Keadaan alam, memengaruhi ruang gerak penduduk, baik mempermudah penduduk berkomunikasi dengan dunia luar maupun sekitar.
Kemudian adanya jembatan terjadinya pertukaran budaya. Hal tersebut menjadi salah satu sarana pertukaran bahasa.
Terjadinya ragam dialek adanya hubungan dan keunggulan bahasa yang terbawa ketika terjadinya perpindahan penduduk, penyerbuan atau penjajahan.
Hal yang tidak boleh dilupakan ialah peranan dialek atau bahasa yang bertetangga di dalam proses terjadinya suatu dialek.
Baca juga: Siapa Penemu Bahasa Indonesia?
Dari dialek dan bahasa yang bertetangga itu, masuklah tafsir kosakata, struktur, dan cara pengucapan.
Kemudian ada di antara dialek yang diangkat menjadi bahasa baku. Maka peran bahasa baku tidak boleh dilupakan.
Setiap dialek memiliki perbedaan, meski rumpun bahasa yang digunakan sama. Perbedaan dialek bisa dibagi menjadi lima, yaitu:
Perbedaan ini berada di bidang fonologi. Biasanya bahasa yang bersangkutan tidak menyadari adanya perbedaan tersebut.
Contohnya, dikemukakan careme dengan cereme yaitu buah atau pohon cerme, gudang dengan kudang, jendela, gandela, atau janela.
Merujuk pad terciptanya kata-kata baru, berdasarkan perubahan fonologi dan geseran bentuk.
Peristiwa ini biasanya terjadi geseran makna kata. Geseran tersebut memiliki dua makna, yakni:
Merujuk pada nama yang brbeda berdasarkan satu konsep, yang diberikan di beberapa tempat yang berbeda. Misalnya dalam bahasa Sunda, kenduri disebut dengan ondangan atau kondangan.
Hal tersebut disebabkan oleh adanya tanggapan atau tafsiran yang berbeda mengenai tempat.
Merujuk pada pemberian nama yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda. Misalnya rambutan Aceh, pencak cikalong, dan lainnya.
Baca juga: Masyarakat China dan Sumbangsih pada Bahasa di Indonesia
Hal ini membuat kata Aceh mengandung banyak makna, yaitu nama suku bangsa, daerah, kebudayan, bahasa, dan sejenis rambutan.
Merujuk pada sistem bahasa yang bersagkutan. Hal tersebut disebabkan oleh frekuensi morfem-morfem yang berbeda, kegunaan yang berkerabat, wujud fonotesis, dan masih banyak lainnya.
Ragam dialek ditentukan oleh faktor waktu, tempat, sosial budaya, dan sarana pengungkapan.
Faktor tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling melengkapi. Dialek dapat digolongkan menjadi tiga ragam, yaitu:
Hal ini dikarenakan keadaan alam sekitar tempat dialek tersebut digunakan sepanjang perkembangannya.
Dialek dihasilkan karena adanya dua faktor yang saling melengkapi, yaitu faktor waktu dan tempat.
Sebagai contoh bahasa Melayu yang digunakan di daerah Manado adalah bahasa Manado yang menurut sejarahnya digunakan di daerah Manado.
Bahasa yang digunakan di luar daerah pakainya. Hubungannya dengan Bahasa Indonesia, misalnya bahasa Indonesia yang digunakan di daerah Bali, Batas, Bugis dan Sunda yang diucapkan oleh orang yang berasal dari suku tersebut merupakan dialek 2.
Namun untuk bahasa Indonesia yang digunakan di Ambon, Manado, dan Jakarta bukan masuk dialek 2 karena dianggap sebagai daerah pakai bahasa Indonesia.
Ragam bahasa yang digunakan oleh kelompok tertentu. Sehingga mudah membedakan kelompok masyarakat lainnya.
Kelompok tersebut terdiri atas kelompok pekerjaan, usia, kegiatan, kelamin, pendidikan, dan sebagainya.
Ragam dialek sosial memperlihatkan ciri-ciri yang khusus dikenal dengan nama argot dan slang.
Sampai akhir abad ke-19, argot masih diartikan sebagai bahasa khusus kaum petualang, pencuri, dan pengemis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.