Mumi lain yang disimpan di Museum Manchester bahkan memiliki cacing di otaknya.
Sementara itu 40 persen dari 218 mumi yang dianalisis juga teridentifikasi positif terjangkit kutu kepala.
Baca juga: Ahli Temukan Bukti Penderita Tumor Ovarium Langka di Mesir Kuno
Lebih lanjut, Mitchell menjelaskan tingginya prevalensi penyakit mikroskopis ini karena sungai Nil bertindak sebagai saluran bagi parasit yang terbawa air di daerah tropis yang biasanya tidak ditemukan di daerah kering.
Oleh karena itu, nyamuk pembawa malaria dan patogen berbahaya lainnya dapat berkembang biak di Mesir kuno meskipun tingkat curah hujan rendah.
Namun, selain membawa kematian, Sungai Nil juga membantu menyuburkan lahan pertanian dengan mengendapkan sedimen saat banjir tahunan.
Hasilnya, para petani tidak perlu menyuburkan tanaman mereka dengan kotoran manusia, yang mungkin menjelaskan mengapa mumi Mesir kuno menunjukkan tingkat penyakit cacing cambuk dan cacing gelang yang sangat rendah, yang keduanya umum terjadi di Timur Tengah dan Mediterania.
Studi ini diterbitkan sebagai satu bab dalam seri Advances in Parasitology.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.