Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi Ungkap Orang Mesir Kuno Derita Cacingan dan Kutu Kepala

KOMPAS.com - Sebuah studi baru mengungkapkan orang Mesir kuno menderita penyakit parasit yang membuat mereka mengalami anemia dan kondisi melemahkan lainnya.

Hasil tersebut didapatkan setelah peneliti melakukan meta-analisis baru dari penelitian sebelumnya terhadap mumi Mesir.

Mereka menemukan dua pertiga mumi yang di teliti menderita berbagai jenis cacing, 22 persen menderita malaria, dan 40 persen lainnya menderita kutu kepala.

Salah satu mumi yang terinfeksi Plasmodium falciparum alias mikroba yang menyebabkan penyakit malaria yang mematikan adalah Tutankhamun.

Firaun muda itu positif terinfeksi oleh dua jenis virus yang berbeda meski meninggal karena terjatuh dari kereta dan bukan lantaran malaria.

Paparan parasit

Mengutip IFL Science, Sabtu (9/3/2024) penulis penelitian Piers D. Mitchell dari Universitas Cambridge menyebutkan 49 dari 221 mumi Mesir yang dianalisis dinyatakan positif malaria.

"Oleh karena itu,kami memperkirakan malaria akan berdampak besar pada kematian anak-anak dan membuat anemia pada semua populasi kuno di sepanjang Sungai Nil," terang Mitchell.

Faktanya, 92 persen mumi yang terinfeksi malaria menunjukkan tulang keropos dan tanda-tanda anemia lainnya, yang ditandai dengan berkurangnya jumlah sel darah merah atau berkurangnya kadar hemoglobin.

“Beban penyakit seperti itu pasti mempunyai konsekuensi besar terhadap stamina fisik dan produktivitas sebagian besar orang," tulis Mitchell.

Parasit lain yang terdeteksi pada mumi Mesir kuno termasuk patogen toksoplasmosis yang dikaitkan dengan skizofrenia.

Toksoplasmosis dapat tertular manusia melalui kontak dekat dengan kucing, ada kemungkinan penyakit tersebut terjadi karena peran kucing sebagai hewan pemujaan yang sering dijadikan mumi dan dijadikan persembahan keagamaan di Mesir kuno.

Cacing perut seperti cacing pita ikan juga telah terdeteksi pada dua mumi yang kemungkinan terpapar karena memakan ikan setengah matang dari Sungai Nil.

Jenis cacing lain yang dikenal sebagai trichinosis diidentifikasi pada otot dada mumi seseorang bernama Nakht.

Manusia bisa tertular karena memakan daging babi yang kurang matang.

Nematoda kecil yang jahat ini berkembang biak di dalam jaringan otot dan dapat menyebabkan kematian jika memasuki jantung.

Mumi lain yang disimpan di Museum Manchester bahkan memiliki cacing di otaknya.

Sementara itu 40 persen dari 218 mumi yang dianalisis juga teridentifikasi positif terjangkit kutu kepala.

Tingkat prevalensi penyakit mikropis

Lebih lanjut, Mitchell menjelaskan tingginya prevalensi penyakit mikroskopis ini karena sungai Nil bertindak sebagai saluran bagi parasit yang terbawa air di daerah tropis yang biasanya tidak ditemukan di daerah kering.

Oleh karena itu, nyamuk pembawa malaria dan patogen berbahaya lainnya dapat berkembang biak di Mesir kuno meskipun tingkat curah hujan rendah.

Namun, selain membawa kematian, Sungai Nil juga membantu menyuburkan lahan pertanian dengan mengendapkan sedimen saat banjir tahunan.

Hasilnya, para petani tidak perlu menyuburkan tanaman mereka dengan kotoran manusia, yang mungkin menjelaskan mengapa mumi Mesir kuno menunjukkan tingkat penyakit cacing cambuk dan cacing gelang yang sangat rendah, yang keduanya umum terjadi di Timur Tengah dan Mediterania.

Studi ini diterbitkan sebagai satu bab dalam seri Advances in Parasitology.

https://www.kompas.com/sains/read/2024/03/13/120000823/studi-ungkap-orang-mesir-kuno-derita-cacingan-dan-kutu-kepala

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke