Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Hiu Purba Raksasa Megalodon Tak Sebesar yang Diperkirakan

Kompas.com - 08/02/2024, 15:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Studi baru mengungkapkan hiu prasejarah raksasa Megalodon memiliki tubuh lebih ramping dari yang diperkirakan sebelumnya.

Masih banyak misteri mengenai megalodon, namun hingga saat ini, hiu putih digunakan sebagai model ukuran megalodon.

Baca juga: Peneliti Temukan Gigi Megalodon di Laut Dalam yang Belum Pernah Dijelajahi

Namun penelitian baru dari tim yang dipimpin oleh Kenshu Shimada, ahli paleobiologi di DePaul University di Chicago, dan Phillip Sternes, kandidat doktor di University of California di Riverside, menunjukkan bahwa megalodon memiliki tubuh yang lebih ramping daripada hiu putih besar.

Ukuran megalodon

Mengutip CNN, Senin (22/1/2024) megalodon (Otodus megalodon) hidup lebih dari 23 juta tahun yang lalu.

Sayangnya, cukup sulit untuk meneliti kehidupannya karena fosil mereka sulit didapat.

Meski terdapat banyak fosil gigi hiu, tubuh megalodon sebagian besar terdiri dari tulang rawan sehingga jarang terawetkan.

Dalam penelitian baru berdasarkan pada penelitian ulang terhadap satu set fosil tulang belakang yang tidak lengkap yang ditemukan di Belgia, berhasil mengungkap fakta lain megalodon.

Studi sebelumnya memperkirakan bahwa megalodon memiliki panjang 9,2 meter, tapi hasil analisis menemukan bahwa hiu prasejarah ini sebenarnya berukuran setidaknya 11,1 meter.

Berdasarkan penelitian ulang itu, Shimada menyebut fosil tulang belakang tidak akan cukup kuat untuk menopang hiu sepanjang 11,1 meter jika memiliki bentuk tubuh yang sama dengan hiu putih besar.

Baca juga: Peneliti Ungkap Penyebab Sakit Gigi yang Dialami Megalodon

Itu lantaran diameter sebesar itu tidak akan memberikan dukungan yang cukup untuk otot-otot dengan bentuk tubuh seperti hiu putih besar dan juga akan meningkatkan risiko cedera tulang belakang.

"Studi baru ini mempertimbangkan proporsi ukuran antara tulang belakang dan tubuh dengan cara yang lebih realistis secara biologis, menunjukkan bahwa megalodon lebih rampung setidaknya dibandingkan dengan hiu putih besar modern," ungkap Shimada.

Sehingga hiu putih besar modern belum tentu berfungsi sebagai analogi modern yang baik untuk menilai biologi megalodon.

"Masih banyak kesalahpahaman atau pertanyaan tentang megalodon, dan kami ingin terus mengoreksi atau menjelaskan secara ilmiah berdasarkan catatan fosil," tambah Shimada lagi.

Saat ini, hanya ada sebagian catatan fosil megalodon, dan Shimada berharap kerangka lengkapnya akan ditemukan suatu hari nanti.

Studi dipublikasikan di jurnal Palaeontologia Electronica.

Kepunahan megalodon

Megalodon punah sekitar 3,6 juta tahun yang lalu karena alasan yang masih coba dipahami oleh ilmuwan.

Salah satu teori menyatakan bahwa kematian mereka terkait dengan fakta bahwa mereka berdarah panas.

Baca juga: Ilmuwan Identifikasi Kerabat Baru Megalodon yang Berdarah Panas

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shimada dan peneliti lainnya menyimpulkan bahwa hewan berdarah panas mungkin menjadi salah satu faktor utama yang mendorong ukuran besar megalodon dan kehebatan mereka sebagai predator, namun hal ini juga membuat mereka sensitif terhadap perubahan lingkungan.

“Fakta bahwa megalodon menghilang menunjukkan kemungkinan kerentanan hewan berdarah panas karena mereka memerlukan asupan makanan yang konstan untuk mempertahankan metabolisme yang tinggi,” kata Shimada.

Kemungkinan terjadi pergeseran ekosistem laut akibat pendinginan iklim yang menyebabkan turunnya permukaan laut, mengubah habitat populasi jenis makanan yang dimakan megalodon seperti mamalia laut dan menyebabkan kepunahannya.

Megalodon sendiri mampu memangsa mangsa seukuran paus orca yang panjangnya bisa mencapai 7,9 meter dengan berat 3628 kg hanya dalam lima gigitan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com