Meskipun beririsan dengan dusta, di dalam linguistik, manipulasi bahasa merupakan ranah kajian pragmatik –ilmu yang mengkaji makna di dalam konteks— karena dianggap sebagai penentangan terhadap kebenaran pragmatik (Asya, 2013).
Di dunia orang dewasa, manipulasi bahasa mengambil banyak bentuk dan motif, dari propaganda politik, kesaksian di persidangan, hingga iklan sebuah produk.
Dalam dunia politik misalnya, selain penggunaan fitur-fitur pragmatik seperti presuposisi, manipulasi bahasa juga banyak menggunakan piranti retoris seperti kiasan, metonimi, atau metafora (Rozina dan Karapetjana, 2009) untuk mendukung tiga strategi retorika klasik Aristotelian, yaitu ethos (aspek kredibilitas), pathos (aspek emosi), dan logos (aspek logika).
Baca juga: Kenapa Beberapa Orang Tidak Bisa Berhenti Berbohong?
Di dalam iklan, manipulasi bahasa biasanya dilakukan lewat pelanggaran Prinsip Kerjasama (lihat Grice (1989)), khususnya maksim kuantitas.
Informasi penting namun berpotensi menjauhkan calon konsumen dari produk yang ditawarkan sebisa mungkin tidak disampaikan secara gamblang.
Oleh karena itu, “syarat dan ketentuan berlaku” menjadi bagian yang seringkali tidak dieksplisitkan dalam informasi sebuah produk.
Di dalam persidangan, manipulasi bahasa bisa direalisasikan terdakwa melalui pelanggaran maksim kualitas, yaitu dengan menyatakan bahwa ia tidak melakukan sebuah tindak kejahatan –meskipun fakta menunjukkan bahwa dengan kuasanya ia telah memerintahkan orang lain untuk melakukan tindakan tersebut.
Dalam manipulasi bahasa, informasi dihilangkan, dilesapkan, atau dimainkan sedemikian rupa agar lawan bicara percaya dengan apa yang disampaikan.
Sebab itulah, manipulasi bahasa sulit dikenali karena pembaca atau pendengar harus melakukan upaya ekstra untuk membongkar logika-logika yang ada di balik setiap pernyataan.
Manipulasi bahasa juga bekerja semakin efektif pada target yang awam atau minim pengetahuan. Di bawah sihir kata-kata, permainan logika, dan sedikit bumbu penggugah rasa, seseorang sangat berpotensi masuk ke dalam perangkap manipulasi bahasa.
Seakan tak punya pilihan, kita yang awam akhirnya terpaksa menanamkan sikap takpercaya terus-menerus sebagai mekanisme pertahanan diri paling mujarab di masa sekarang ini.
Baca juga: Orang Mudah Bergosip dan Berbohong pada Siang Hari
Tak ada orang yang senang dibohongi, termasuk saya. Namun pernyataan “sepeda motor ini bisa terbang ke bulan” oleh seorang sales marketing yang sedang menawarkan produknya rasanya jauh lebih menghibur daripada pernyataan “kemiskinan di negeri kita sudah berkurang” oleh seorang politisi.
Bayu Permana Sukma
Peneliti Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas - BRIN