KOMPAS.com - Obsessive-compulsive disorder (OCD) menampilkan pola pikiran dan ketakutan yang tidak diinginkan (obsesi) yang mengarah pada perilaku berulang (kompulsi).
Obsesi dan kompulsi ini mengganggu aktivitas sehari-hari dan menyebabkan penderitaan yang signifikan bagi penderitanya.
OCD dapat ditangani dengan perawat tertentu, namun apakah OCD benar-benar bisa disembuhkan?
OCD adalah gangguan kesehatan mental yang terjadi ketika seseorang terjebak dalam siklus obsesi dan kompulsi.
Baca juga: Apa Saja Gejala OCD Seperti yang Dialami David Beckham?
Obsesi adalah pikiran, gambaran, atau dorongan yang tidak diinginkan sehingga mengganggu dan memicu perasaan yang sangat menyusahkan.
Sementara itu, kompulsi adalah perilaku yang dilakukan individu untuk mencoba menyingkirkan obsesi atau mengatasi perasaan mengganggu yang dialaminya.
Kebanyakan orang memiliki pikiran obsesif dan perilaku kompulsif di beberapa titik dalam hidup mereka, namun ini tidak berarti bahwa orang tersebut mengidap OCD.
Untuk membuat diagnosis gangguan obsesif kompulsif, siklus obsesi dan kompulsi yang dialami sudah menjadi sangat ekstrem sehingga menyita banyak waktu dan menghalangi aktivitas penting yang biasanya dilakukan.
Baca juga: Apa Perbedaan OCD dan OCPD?
Dilansir dari Mayo Clinic, perawatan gangguan obsesif-kompulsif mungkin tidak menghasilkan penyembuhan, tetapi dapat membantu mengendalikan gejalanya sehingga tidak memengaruhi kehidupan sehari-hari penderitanya.
Bergantung pada tingkat keparahan OCD, beberapa orang mungkin memerlukan perawatan jangka panjang, berkelanjutan, atau lebih intensif.
Dua perawatan utama untuk OCD adalah psikoterapi dan obat-obatan. Seringkali, penanganan OCD yang paling efektif adalah kombinasi dua perawatan tersebut.
Dilansir dari WebMD, para dokter belum yakin mengapa seseorang bisa menderita OCD. OCD sedikit lebih umum dialami oleh wanita daripada pria dan gejalanya kerap muncul pada remaja atau dewasa muda.
Baca juga: Berbagai Pilihan Terapi untuk Mengobati Penyakit OCD
Adapun faktor risiko OCD meliputi:
Terkadang, seorang anak mungkin mengalami OCD setelah infeksi streptokokus. Ini disebut gangguan neuropsikiatri autoimun pediatrik yang terkait dengan infeksi streptokokus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.