Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/04/2023, 19:23 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bumi terbentuk bukan dalam waktu jutaan tahun melainkan jauh lebih lama daripada itu. Sekarang saja, umur Bumi diperkirakan 4,5 miliar tahun.

Namun, bagaimana ilmuwan bisa mengetahui dan menentukan umur Bumi?

Dikutip dari Live Science, Senin (17/4/2023) dengan mengukur unsur radioaktif dalam batuan Bumi dan bagian lain dari Tata Surya, ilmuwan dapat mengembangkan garis waktu tahun-tahun awal planet sehingga mengetahui perkiraan umurnya.

"Ketika Anda seorang ilmuwan Bumi yang melihat batu, itu bukan hanya batu namun benda itu memiliki cerita yang dapat Anda uraikan," kata Becky Flowers, ahli geologi di University of Colorado Boulder.

Mengukur umur Bumi

Untuk mengetahui usia planet yang kita tinggali ini, para ilmuwan menganalisis dan meneliti mineral maupun batuan Bumi.

Saat mineral terbentuk dari magma atau lava, bahan tersebut sering mengandung jejak bahan radioaktif seperti uranium.

Baca juga: Bagaimana Cara Drone AI Bantu Konservasi Gajah di Alam Liar?

Dengan menganalisis jejak bahan radioaktif, maka akan dapat dihitung dan diketahui berapa umur Bumi.

Sebab, seiring waktu, unsur-unsur radioaktif tersebut meluruh, artinya memuntahkan radiasi dan mengubahnya menjadi unsur baru yang lebih stabil namun tetap terperangkap di dalam mineral.

Contohnya, uranium-238 radioaktif, bentuk umum uranium. Atom-atomnya akan melepaskan energi hingga akhirnya berubah menjadi timah.

Proses itu terjadi pada tingkat tetap yang dikenal sebagai waktu paruh, yang sesuai dengan jumlah waktu yang dibutuhkan setengah dari atom untuk meluruh.

Waktu paruh uranium-238 lebih dari 4 miliar tahun, artinya dibutuhkan lebih dari 4 miliar tahun untuk setengah dari uranium-238 dalam sampel menjadi timbal.

Itu membuatnya menjadi objek penanggalan sempurna yang sangat tua, terutama untuk mengetahui umur Bumi. Dengan mengetahui waktu paruh itu, ilmuwan dapat menghitung berapa umur sebuah batuan berdasarkan rasio unsur radioaktifnya, yang disebut dengan penanggalan radiometrik.

Baca juga: Bagaimana Cara Membersihkan Sampah Luar Angkasa?

Ilustrasi planet Bumi. Studi baru ungkap bahwa Matahari mungkin sumber penting dari misteri asal-usul air di Bumi.SHUTTERSTOCK/Johan Swanepoel Ilustrasi planet Bumi. Studi baru ungkap bahwa Matahari mungkin sumber penting dari misteri asal-usul air di Bumi.

Mineral zirkon biasanya digunakan untuk penanggalan radiometrik karena mengandung uranium dalam jumlah yang relatif besar.

Penanggalan timah uranium hanyalah salah satu jenis penanggalan radiometrik. Jenis lain penanggalan, contohnya penanggalan radiokarbon, menggunakan isotop karbon radiaktif yang memiliki waktu paruh ribuan tahun dan berguna untuk penanggalan bahan organik.

Melalui metode penanggalan tersebut, ahli geologi dapat menemukan mineral di Bumi yang berumur 4,4 miliar tahun, yang berarti planet telah ada setidaknya selama itu.

Namun ilmuwan mengatakan Bumi berusia 4,5 miliar tahun, lantas dari mana datangnya tambahan 100 juta tahun itu?

Bumi telah banyak mengalami perubahan selama miliaran tahun, terutama melalui proses seperti pergeseran lempeng tektonik yang menggeser kerak Bumi.

Baca juga: Bagaimana Cara Menentukan Awal Ramadan dan Idul Fitri?

Hal tersebut kemudian melahirkan daratan baru dari magma dan mensubduksi daratan laima kembali ke bawah tanah.

Akibatnya, batuan dari awal sejarah planet sulit ditemukan, sudah lama terkikis atau meleleh kembali menjadi material mentah.

Akan tetapi, ilmuwan dapat menggunakan penanggalan radiometrik untuk menentukan usia batuan dari bagian lain Tata Surya.

Beberapa meteorit mengandung material yang umurnya bisa mencapai lebih dari 4,56 miliar tahun, termasuk juga batuan dari Bulan dan Mars yang juga telah berusia 4,5 miliar tahun yang lalu.

Tanggal tersebut cukup dekat dengan saat Tata Surya terbentuk.

Dengan mengetahui semua umur atau usia relatif tersebut, ilmuwan mulai dapat menyusun garis waktu tentang bagaimana Bumi, Bulan, Mars dan semua batuan kecil lainnya mulai terbentuk.

Baca juga: Bagaimana Cara Astronot Bisa Tidur di Luar Angkasa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com