Kembali kepada hasil penelitian World Population Review. Dikatakan bahwa IQ dan pendidikan seperti dua sisi mata uang yang menyatu.
Skor IQ biasanya mencerminkan kualitas pendidikan dan sumber daya yang tersedia bagi orang-orang di wilayah geografis (negara) mereka.
Membicarakan pendidikan di Indonesia tentu akan melahirkan perdebatan tiada berkesudahan. Namun untuk konteks meningkatkan IQ yang diperlukan adalah kemampuan bernalar, ketrampilan memecahkan masalah, dan kompetensi untuk berinovasi.
Maka sedari dini masuk sekolah peserta didik harus akrab dengan nalar, pemecahan masalah, dan inovasi.
Kedua, mengasah keterampilan fisik dan manual. Benar bahwa rilis yang dikeluarkan Mckinsey Global Institute, ketrampilan fisik dan manual diramalkan mengalami penurunan penggunaannya dari tahun 2016 ke 2030 (23 Mei 2018).
Namun dibanding empat ketrampilan lainnya (basic cognitive skill, higher cognitive skill, social-emotional skill, technological skill) tetap saja prosentase keterampilan fisik dan manual berada pada angka tertinggi, 26 persen.
Fisik akan terhubung dengan kinestetik, bahkan kebugaran tubuh. Manual karena memiliki sifat serba terbatas justru merupakan salah perkakas untuk berpikir kreatif sekaligus mengasah kemampuan memecahkan masalah.
Ketiga, nutrisi yang baik. Pendapat banyak pakar mengatakan bahwa nutrisi yang baik -apalagi diberikan sejak dini- selain memberi kebugaran kepada tubuh juga membantu perkembangan otak. Pemenuhan nutrisi dengan demikian menjadi kampanye bersama yang dilakukan dengan masif.
Negara maju identik dengan tingginya nilai kecerdasan intelektual penduduknya. Jika Indonesia ingin cepat menjadi negara maju, wajib hukumnya untuk meningkatkan kecerdasan intelektual warga negaranya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.