Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/11/2022, 19:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tepat hari ini, seratus tahun yang lalu, sebuah tim arkeologi menemukan makam Tutankhamun.

Temuan pada 4 November 1922 itu berhasil mengungkapkan banyak hal mengenai Mesir kuno, termasuk informasi tentang Tutankhamun, Firaun Mesir yang naik tahta sekitar usia 9 tahun dan meninggal saat berumur 19 tahun.

Namun seperti apa rupa Firaun itu masih belum pasti. Studi telah memeriksa kesehatannya dan ada sejumlah upaya pula untuk merekonstruksi kemiripannya secara virtual.

Mengutip Live Science, Jumat (4/11/2022) studi yang dipublikasikan di JAMA tahun 2010 tentang mumi, menemukan bahwa Tutankhamun tingginya sekitar 1,67 meter ketika ia meninggal.

Baca juga: Makam Firaun Tutankhamun Salah Satu Temuan Arkeologi Terbesar, Apa Alasannya?

Ia juga menderita sejumlah penyakit medis, seperti malaria dan penyakit Kohler yang dapat menyebabkan kaki bengkak dan mengganggu berjalan.

Tutankhamun juga mengalami nekrosis atau kematian jaringan tubuh dari patah tulang di kaki kirinya, sesuatu yang mungkin menyebabkan kematiannya.

"Tutankhamun tampak seperti orang yang menderita secara fisik. Dia tertatih-tatih dan menggunakan tongkat untuk berjalan. Dia juga menderita malaria," kata Zahi Hawass, mantan menteri barang antik Mesir dan rekan penulis dalam makalah yang diterbitkan di JAMA.

Terlepas dari masalah kesehatan tersebut, Tutankhamun masih aktif. Menurut Hawass, ia suka berburu binatang liar dan membangun istana di dekat Sphinx untuk berburu.

"Meski ada masalah fisik, dia cukup aktif hingga mengalami kecelakaan dan melukai kakinya dua hari sebelum meninggal," ungkap Hawass.

Sementara itu Hutan Ashrafian, dosen klinis bedah di Imperial College London mengatakan, di samping berjalan pincang, tengkorak Tutankhamun lebih panjang dari biasanya, serta punya payudara yang agak membesar.

Kondisi tersebut merupakan ginekomastia yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon. Tutankhamun juga memiliki gigi depan yang menonjol dan relatif kurus.

Pada 2012, Ashrafian yang juga menerbitkan sebuah makalah di jurnal Epilepsy & Behavior mengungkapkan, bahwa Tutankhamun dan leluhurnya menderita epilepsi familial.

Hal tersebut kemungkinan menyebabkan dia mengalami kejang. Ashrafian pun mengatakan, beberapa masalah kesehatan Tutankhamun mungkin terkait dengan masalah genetik dari perkawinan sedarah, karena firaun Mesir di dinasti ke-18 sering menikahi kerabat.

Baca juga: Arkeolog Temukan Kondom Firaun, Seperti Apa?

Rekonstruksi virtual

Peneliti mencoba untuk mengetahui rupa Tutankhamun dengan melakukan sejumlah upaya rekonstruksi virtual. Namun, Hawass berpendapat kalau hasilnya belum akurat.

"Rekonstruksi yang sempurna masih memiliki ketidakpastian, seperti kerutan, warna mata, warna rambut, warna kulit, dan bekas luka kecil," papar Dr. Frank Ruhli, dekan fakultas kedokteran di University of Zurich.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com