Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangga Makan Tumbuhan Lebih Banyak dari Sebelumnya, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 12/10/2022, 08:02 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi baru menunjukkan bahwa serangga di era modern lebih banyak memakan tanaman dibandingkan dengan 66,8 juta tahun terakhir.

Hal tersebut terungkap setelah peneliti membandingkan perbedaan dampak kerusakan yang dihasilkan serangga era modern dengan catatan fosil.

"Perbedaan antara era modern dan catatan fosil sangat mencolok," kata Lauren Azevedo-Schmidt, ahli paleoekologi dari University of Maine yang memimpin penelitian.

Mengutip Science Alert, Selasa (11/10/2022) untuk melihat interaksi tanaman-serangga dari waktu ke waktu, Azevedo-Schmidt bersama rekannya membandingkan daun tanaman era modern yang diambil sampelnya dari tiga hutan dengan kumpulan fosil jejak daun dari periode Kapur Akhir, hampir 67 juta tahun yang lalu.

Setelah mengukur jenis dan frekuensi kerusakan yang disebabkan oleh serangga, mereka menemukan peningkatan kerusakan yang tajam yang dilakukan serangga belakangan ini, termasuk menusuk, mengisap, melubangi, dan membuat kerangka pada tanaman.

"Kami menemukan meski jumlahnya menurun, dampak kerusakan serangga pada tanaman meningkat di era modern dibandingkan dengan periode waktu lain yang terwakili dalam catatan fosil," tulis peneliti dalam studinya.

Baca juga: Apakah Serangga Bisa Dimakan?

Tumbuhan telah berevolusi untuk mendominasi kehidupan di Bumi secara diam-diam, dengan tumbuhan darat sekarang mewakili 80 persen biomassa global. Sementara itu serangga, meskipun berukuran kecil, tidak tertandingi dalam hal kekayaan spesies.

Keduanya terbukti menemukan cara untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan selama ribuan tahun, meskipun sangat sensitif terhadap suhu.

Namun ada batasan seberapa lama mereka akan bertahan. Beberapa penelitian menunjukkan jumlah serangga menurun, setidaknya di beberapa bagian dunia karena pemanasan global.

Perubahan iklim juga mendorong tanaman mekar lebih awal dan tumbuh lebih cepat, sehingga memperpanjang musim serbuk sari.

Belum lagi hilangnya habitat yang disebabkan manusia, menyebabkan makin berkurangnya keanekaragaman hayati.

Lebih lanjut dalam studi tentang bagaimana serangga makan tumbuhan lebih banyak dari sebelumnya ini, peneliti menemukan bahwa daun yang bertanggal karbon dari tahun 1955 hingga sekarang memiliki jumlah kerusakan akibat serangga dua kali lipat daripada 64 kumpulan fosil yang berasal dari puluhan juta tahun lalu.

Baca juga: Kenapa Serangga Tidak Membeku di Kutub Utara?

Ilustrasi serangga terancam punahPhoto by and (c)2007 Derek Ramsey (Ram-Man) Ilustrasi serangga terancam punah

Daun-daun yang menjadi sampel tersebut dikumpulkan dari dua hutan di Amerika Serikat bagian timur laut dan hutan di Kosta Rika.

Sementara itu data fosil didapat dari kumpulan data yang diterbitkan yang mencakup garis lintang dan iklim, dan membentang dari 66,8 juta tahun yang lalu melalui Pleistosen hingga kira-kira 2 juta tahun yang lalu, sebelum manusia purba bermigrasi keluar dari Afrika.

"Kami mengusulkan bahwa tren pemanasan yang relatif cepat di era modern mungkin bertanggung jawab atas meningkatnya frekuensi herbivora yang lebih tinggi, misalnya dalam hal mencari sumber makanan mereka yaitu tanaman," terang Azevedo-Schmidt.

Peneliti pun memperingatkan peningkatan serangga dapat memiliki konsekuensi yang tak diketahui bagi tanaman dan komunitas hutan.

Baca juga: Serangga Langka Ini Membutuhkan Lingkungan Bersalju untuk Bertahan Hidup

Penelitian sebelumnya juga telah menemukan lebih banyak kerusakan serangga pada spesimen herbarium dari awal 2000-an dibandingkan dengan yang dikumpulkan satu dekade sebelumnya. Pola ini disebut terkait dengan kenaikan suhu.

Iklim yang cepat memanas dan pengenalan spesies invasif adalah faktor besar lainnya yang dapat mendorong peningkatan serangga herbivora.

Pada saat yang sama, pertanian memusnahkan serangga. Penelitian menunjukkan bahwa tanaman harus bekerja keras untuk menarik penyerbuk.

"Penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh manusia pada interaksi tanaman-serangga tak hanya dikendalikan oleh perubahan iklim saja melainkan cara manusia berinteraksi dengan lanskap terestrial," tulis peneliti menyimpulkan.

Studi tentang serangga makan tumbuhan lebih banyak dari sebelumnya ini telah dipublikasikan di jurnal PNAS.

Baca juga: Pikat Serangga, Bunga Semprotkan Aroma Wangi Saat Lebah Mendekat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com