Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER SAINS] Bagaimana Trenggiling Berkembang Biak | Dampak Letusan Gunung Tonga | Manfaat Ajaib Daun Kelor untuk Kulit | Dampak Perubahan Iklim Warna Danau Berubah

Kompas.com - 28/09/2022, 07:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Pangolin atau trenggiling adalah hewan mamalia yang seluruh tubuhnya diselimuti sisik tebal. Informasi tentang bagaimana trenggiling berkembang biak menjadi salah satu berita populer Sains sepanjang Selasa (27/9/2022).

Saat terancam, hewan trenggiling akan meringkuk menjadi bola yang rapat, lalu menggunakan ekornya yang bersisik untuk mempertahankan diri dari ancaman pemangsa.

Merupakan hewan mamalia yang pemalu dan bersisik tebal, ada pertanyaan menarik tentang bagaimana trenggiling kawin.

Dampak letusan Gunung Tonga masih saja menarik perhatian peneliti. Kali ini, para peneliti menemukan, berdasarkan hasil analisis, letusan gunung berapi bawah laut itu dapat menghangatkan Bumi.

Daun kelor telah terbukti memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, tak terkecuali untuk kesehatan kulit. Pasalnya, manfaat ajaib dari ramuan daun kelor maupun ekstrak minyak kelor, telah terbukti dapat mengobati jerawat, kulit kering dan berbagai masalah kulit lainnya.

Perubahan iklim semakin terasa. Dampak perubahan iklim telah banyak dirasakan umat manusia di Bumi ini. Bahkan studi baru mengungkapkan bahwa dampak perubahan iklim telah menyebabkan perubahan warna pada beberapa danau.

Berikut rangkuman berita-berita populer Sains sepanjang Selasa (27/9/2022) hingga Rabu (28/9/2022) pagi.

Bagaimana cara trenggiling berkembang biak?

Trenggiling adalah salah satu spesies hewan mamalia yang masuk dalam daftar terancam punah. Ciri unik dan khas dari hewan ini adalah seluruh tubuhnya diselimuti sisik tebal.

Hewan pemalu ini terancam punah karena banyak diperdagangkan di pasar gelap. Trenggiling kerap menjadi sasaran pemburu untuk diambil sisiknya guna memenuhi permintaan bahan obat masyarakat China.

Sisik trenggiling menjadi bahan baku dalam pengobatan tradisional China, namun hingga saat ini, bukti ilmiah tentang manfaat sisik trenggiling ini belum terbukti.

Dipenuhi sisik-sisik tebal, bagaimana cara trenggiling berkembang biak?

Trenggiling adalah hewan pemalu dan lebih suka menghabiskan waktu sendiri. Hewan soliter ini hanya akan tampak bersama dengan trenggiling lain saat mereka akan kawin atau berkembang biak.

Trenggiling jantan dan trenggiling betina akan datang bersama saat akan kawin. Secara teknis trenggiling kawin di malam hari, ketika jantan dan betina bertemu di dekat lubang air.

Untuk diketahui, saat akan kawin, trenggiling jantan tidak akan mencari trenggiling betina. Trenggiling jantan akan menandai lokasi dengan kotoran atau air seni mereka, untuk menarik trenggiling betina.

Setelah kawin dan anak-anak trenggiling lahir, maka trenggiling jantan akan menghabiskan waktu mereka untuk menjaga anak-anak mereka.

Berita populer Sains tentang bagaimana cara trenggiling berkembang biak ini, selengkapnya dapat dibaca di sini.

Baca juga: Bagaimana Cara Trenggiling Berkembang Biak?

Dampak letusan Gunung Tonga hangatkan Bumi

Hingga saat ini, para peneliti masih meneliti dampak letusan Gunung Tonga yang meletus pada awal tahun 2022 ini. Gunung berapi bawah laut Tonga meletus dengan meninggalkan berbagai pertanyaan bagi para peneliti.

Baru-baru ini, peneliti menghitung bahwa letusan gunung Hunga Tonga-Hunga Ha'apa memuntahkan 50 juta ton uap air ke atmosfer. Itu belum termasuk sejumlah besar abu dan gas vulkanik.

Injeksi uap besar-besaran ini meningkatkan jumlah kelembaban di stratosfer global, sekitar 5 persen dan dapat memicu siklus pendinginan stratosfer dan pemanasan permukaan Bumi.

Efek ini, menurut sebuah studi baru, dapat bertahan selama berbulan-bulan mendatang.

Letusan Gunung Berapi Tonga yang dimulai pada 13 Januari dan memuncak dua hari setelahnya adalah letusan terkuat yang bisa disaksikan dalam beberapa dekade.

Menurut catatan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), ledakan itu meluas sejauh 260 Km dan mengirim abu, uap, dan gas hingga 20 Km ke udara.

Letusan gunung berapi besar biasanya akan mendinginkan planet dengan menyemburkan belerang dioksida ke lapisan atas atmosfer bumi, yang menyaring radiasi matahari.

Sedangkan partikel batu dan abu juga dapat mendinginkan planet untuk sementara dengan menghalangi sinar matahari. Dengan cara ini, aktivitas vulkanik di masa lalu telah berkontribusi pada perubahan iklim global, memicu kepunahan massal jutaan tahun yang lalu.

Selengkapnya, tentang dampak letusan Gunung Tonga terhadap Bumi, dapat dibaca di sini.

Baca juga: Dampak Letusan Gunung Tonga Bisa Hangatkan Bumi

Manfaat ajaib daun kelor untuk kulit

Moringa oleifera atau kelor adalah ramuan yang telah digunakan selama berabad-abad yang diyakini memiliki manfaat kesehatan yang sangat besar.

Pohon kelor merupakan tanaman asli Afrika dan Asia, yang umumnya diolah sebagai teh atau dalam bentuk bubuk.

Di beberapa negara, daun kelor menjadi bahan pangan yang diolah ke berbagai jenis masakan. Namun, manfaat daun kelor yang ajaib ini juga dimanfaat juga dalam berbagai produk kecantikan.

Banyak produk kecantikan yang dibuat dengan kandungan daun kelor atau bagian lain dari pohon kelor, seperti dibuat krim kulit, parfum, sampo dan kondisioner.

Banyak juga yang menjadikan daun kelor untuk diekstrak menjadi minyak lalu dijadikan minyak pijat karena minyak kelor mudah menyerap dan membuat kulit menjadi lembut dan halus.

Kelor, Moringa oleifera juga disebut para ahli sebagai tanaman jack of all trades.

Sebab, seperti dikutip dari Pharm Easy, kandungan daun kelor sangat kaya akan banyak nutrisi baik, seperti vitamin, mineral, asal amino dan asam lemak pelembab.

Berita populer Sains tentang manfaat ajaib daun kelor untuk kulit ini, selengkapnya dapat disimak di sini.

Baca juga: Manfaat Ajaib Daun Kelor untuk Kulit, Cegah Jerawat hingga Bibir Kering

Dampak perubahan iklim sebabkan warna danau berubah

Dalam sebuah studi baru, para ilmuwan menunjukkan pemanasan suhu global mengubah danau berwarna biru menjadi hijau cokelat keruh.

Dikutip dari IFL Science, Senin (26/9/2022) warna danau dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama tingkat alga dan sedimen.

Akan tetapi, dalam penelitian terbaru ini mengungkap suhu udara, curah hujan, kedalaman danau serta ketinggiannya juga membantu menentukan warna danau.

Sedikitnya, ada sepertiga danau di dunia yang berwarna biru dan dua pertiga sisanya berwarna hijau-cokelat.

Danau yang lebih biru cenderung lebih dalam dan ditemukan di daerah lintang tinggi yang lebih dingin, serta curah hujan tinggi dan lapisan es musim dingin.

Sementara danau berwarna hijau-cokelat ditemukan di daerah yang lebih kering, interior benua, dan di sepanjang garis pantai. Namun, dampak perubahan iklim menjadikan danau biru menjadi semakin langka.

Temuan ini didapatkan setelah peneliti dari University of North Carolina di Chapel Hill mengamati perubahan warna lebih dari 5 juta citra satelit Landsat-8 yang merinci 85.360 danau waduk di seluruh dunia dari tahun 2013 hingga 2020.

Selengkapnya, berita populer Sains tentang dampak perubahan iklim menyebabkan perubahan warna danau di dunia, dapat dibaca di sini.

Baca juga: Dampak Perubahan Iklim Sebabkan Warna Danau Bumi Ikut Berubah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com