Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hewan Trenggiling Itu Apa dan Kenapa Terancam Punah?

Kompas.com - 24/09/2022, 19:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Hewan trenggiling adalah spesies yang diawal pandemi Covid-19 dicap sebagai penyebab wabah penyakit yang hingga kini masih dihadapi dunia. Namun, apa sebenarnya hewan trenggiling itu dan kenapa terancam punah?

Trenggiling atau pangolin sering dianggap banyak orang sebagai reptil, tapi faktanya, hewan ini adalah mamalia. Saat terancam, trenggiling akan meringkuk menjadi bola yang rapat, lalu menggunakan ekornya yang bersisik tajam untuk mempertahankan diri.

Jadi, apa itu trenggiling?

Trenggiling adalah satu-satunya mamalia yang seluruh tubuhnya diselimuti sisik dan mereka menggunakan sisik itu untuk melindungi diri dari pemangsa di alam liar.

Dikutip dari National Geographic, trenggiling adalah hewan pemalu yang sebenarnya tidak berbahaya. Hewan trenggiling ini adalah spesies mamalia yang paling banyak diperdagangkan di dunia.

Baca juga: Cegah Virus Corona, China Akhirnya Hapus Trenggiling dari Daftar Obat Tradisional

Puluhan ribu hewan trenggiling diburu setiap tahun, dibunuh untuk diambil sisiknya yang kebanyakan digunakan sebagai pengobatan tradisional Tiongkok dan Vietnam.

Hewan trenggiling terancam punah

Menurut data, ada delapan spesies trenggiling yang ada di dunia ini. Empat spesies trenggiling di antaranya ada di Asia, seperti Trenggiling China, Trenggiling Sunda, Trenggiling India dan Trenggiling Filipina.

Keempat hewan trenggiling ini termasuk dalam daftar IUCN sebagai satwa terancam punah.

Sedangkan di Afrika, terdapat empat spesies trenggiling, di antaranya trenggiling tanah, trenggiling raksasa, trenggiling perut putih, dan trenggiling perut hitam, dan dalam daftar IUCN masuk sebagai hewan yang rentan punah.

Baca juga: Bukan Penyebar Corona, Trenggiling Justru Bisa jadi Kunci Pengobatan Covid-19

Foto hewan Trenggiling. Trenggiling terancam punah.Shutterstock Foto hewan Trenggiling. Trenggiling terancam punah.

Hingga saat ini, perburuan liar terhadap hewan trenggiling masih sangat marak, dan semua spesies telah menghadapi penurunan populasi karena perdagangan ilegal.

Pada tahun 2016, di 186 negara peserta Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Terancam Punah (CITES), perjanjian yang mengatur perdagangan satwa liar internasional, memilih untuk melarang perdagangan komersial hewan trenggiling dan berupaya melindungi spesies ini dari kepunahan.

Perdagangan ilegal dan perburuan menyebabkan populasi trenggiling terus menurun. Pasalnya, hewan pemalu ini sering diburu untuk diambil sisiknya yang kemudian dijadikan bahan obat tradisional.

Sisik trenggiling terbuat dari keratin, bahan yang sama yang terdapat pada kuku, rambut dan tanduk.

Baca juga: Trenggiling Mungkin Bukan Penyebar Virus Corona, Ini Alasannya

Bagian tubuh hewan trenggiling ini sama seperti cula badak, yang juga diburu untuk alasan sebagai bahan obat, terutama dalam tradisi pengobatan masyarakat China.

Namun, hingga saat ini, anggapan soal sisik trenggiling maupun cula badak dapat menjadi obat belum terbukti secara ilmiah.

Dikutip dari World Wildlife, pada Juni 2020, China meningkatkan perlindungan terhadap hewan trenggiling asli China, Manis pentadactyla ke tingkat tertinggi, yang menutup celah penting untuk konsumsi spesies di dalam negeri.

Tak hanya itu, pemerintah tidak akan lagi mengizinkan penggunaan sisik trenggiling dalam pengobatan tradisional, sebuah keuntungan besar mengingat sekitar 195.000 trenggiling diperdagangkan pada tahun 2019 untuk sisiknya saja

Baca juga: Mengenal Trenggiling, Hewan Langka yang Dituduh Penyebar Virus Corona

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com