Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Penemuan Lie Detector, Pendeteksi Kebohongan dari Mengunyah Nasi hingga Memindai Otak

Kompas.com - 09/09/2022, 08:01 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sejak ditemukannya poligraf, mesin ini terus menarik perhatian kalangan ilmiah. Namun, penemuan poligraf ternyata tidak cukup diterima di ruang sidang.

Kredibilitas penemuan lie detector yang berangkat dari teknologi polygraph terus mendapat tantangan dan polemik yang panjang.

Pada tahun 1923, keputusan Mahkamah Agung, Frye v Amerika Serikat, memutuskan bahwa bukti ilmiah, seperti yang diperoleh melalui poligraf, hanya dapat diterima jika "cukup ditetapkan untuk memperoleh penerimaan umum" oleh komunitas ilmiah.

Cara kerja lie detector

Sejarah penemuan lie detector telah memberikan kemajuan pesat dalam bidang kriminologi. Namun, bagaimana cara kerja lie detector dalam mendeteksi kebohongan?

Lie detector menggunakan sensor yang akan ditempatkan pada subjek tes. Sensor ini akan merekam pernapasan, detak jantung, tekanan darah dan respons kulit galvanis atau kelembapan di ujung jari, dikutip dari Britannica.

Ke semua indikator tersebut diambil bersamaan pada saat wawancara yang terkontrol dan akan ditafsirkan oleh seorang ahli. Hasil pengukuran dari alat lie detector itu akan dapat menunjukkan upaya untuk menipu.

Baca juga: Sejarah Difteri dan Penemuan Vaksin yang Selamatkan Jutaan Anak di Dunia

Kendati polygraph telah terbukti dapat membantu polisi, namun validitas ilmiahnya masih dipertanyakan oleh beberapa psikolog. Tak heran jika hasil tes poligraf tidak selalu dapat diterima dalam proses peradilan.

Lie detector dengan Voice-stress analyzer (VSAs) yang mulai berkembang pada tahun 1970-an, memberikan cara lain untuk mendeteksi kebohongan.

Cara kerja alat ini bergantung pada deteksi variasi kecil dalam suara subjek.

Pendukung analisis suara-stres berpendapat bahwa getaran tak terdengar dalam suara, yang dikenal sebagai mikrotremor, getaran akan semakin cepat ketika seseorang berbohong.

Namun, tes lie detector yang menerapkan getaran suara ini juga belum mendapat penerimaan secara universal. Sebab, para kritikus pun menilai bahwa VSA tidak dapat membedakan antara stres yang dihasilkan dari berbohong dengan stres pada umumnya.

Lie detector terus dikembangkan dengan berbagai teknik. Pada akhir abad ke-20, berkembang alat pendeteksi kebohongan yang mengandalkan termal suhu kulit wajah dan pengukuran aktivitas gelombang otak.

Baca juga: Sejarah Penemuan Pesawat Terbang yang Terinspirasi dari Mainan Helikopter

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com