Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/08/2022, 18:03 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber Sci News

 

Migrasi itu rupanya juga memunculkan nenek moyang sapi laut yang hidup saat ini.

Sayangnya, setelah migrasi tersebut nenek moyang sapi laut belahan timur mengalami penurunan tajam dan akhirnya menghilang.

Tetapi garis keturunan belahan Bumi barat yang terbentuk di awal Oligosen memunculkan banyak spesies laut yang berkembang dan bertahan selama puluhan juta tahun.

Peneliti juga menemukan bahwa setidaknya tiga garis keturunan sapi laut Karibia bermigrasi ke Samudra Pasifik selama zaman Miosen, antara 23 dan 5 juta tahun yang lalu, masa di mana Amerika tengah dan Selatan belum terhubung.

Baca juga: Bagaimana Evolusi Penguin Mengubah Burung Ini Jadi Perenang Handal?

Salah satu keturunan dari migrasi Pasifik tersebut adalah sapi laut Steller (Hydrodamalis gigas).

Spesies raksasa ini dideskripsikan pada tahun 1741 oleh ahli biologi Jerman Georg Wilhelm Steller, yang berpartisipasi dalam Ekspedisi Besar Utara Vitus Bering.

Spesies itu lalu punah 27 tahun kemudian, mungkin sebagai akibat dari perubahan habitat yang didorong oleh manusia dan eksploitasi berlebihan.

"Keragaman garis keturunan sapi laut tertinggi terjadi sekitar 22 dan 16 juta tahun yang lalu. Tetapi selama 9 juta tahun terakhir jumlah garis keturunan telah menurun drastis sehingga hanya ada sedikit spesies yang tersisa hari ini," tulis peneliti dalam makalah mereka.

Temuan di atas tak lepas dari hasil kerja keras peneliti mengumpulkan kumpulan data terbesar dari spesies hidup dan fosil, menggabungkan genetika, anatomi, geografi, dan usia geologi.

Tim juga melakukan analisis model statistik skala waktu untuk nenek moyang sapi laut dan model biogeografi historis, yang mengidentifikasi usia dan arah migrasi melintasi lautan Bumi.

Baca juga: Evolusi T-rex, Miliki Mata Super Kecil agar Punya Gigitan Kuat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com