Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi Baru Lacak Evolusi Sapi Laut

Sapi laut merupakan mahluk yang unik karena menjadi satu-satunya mamalia air yang juga sekaligus herbivora. Habitatnya sebagian besar berada di perairan hangat, dekat pantai, dan perairan yang relatif dangkal.

Dalam sebuah makalah baru yang dipublikasikan di jurnal PeerJ, peneliti pun telah mengumpulkan cerita paling lengkap tentang nenek moyang sapi laut.

Dikutip dari Sci News, Minggu (28/8/2022) bukti fosil menunjukkan, bahwa banyak jenis sapi laut yang berbeda hidup di masa lalu.

Selama sejarah panjang mereka, sapi laut juga telah hidup di sepanjang pantai setiap benua kecuali Antartika.

"Fosil sapi laut paling awal yang diketahui berusia sekitar 47 juta tahun dan hewan-hewan ini hidup di sepanjang pantai Afrika utara di Laut proto-Mediterania dan sejak itu keanekaragaman dan biogeofrasi mereka berkembang," ungkap Steven Heritage, rekan penulis studi dari Museum Sejarah Alam Duke Lemur Center.

Hasil studi menemukan, spesies yang sapi laut paling awal berkaki empat dan hidup layaknya amfibi. Berbeda dengan sapi laut saat ini yang tak memiliki kaki belakang dan dilengkapi dengan beberapa adaptasi anatomi yang membuat mereka sepenuhnya akuatik.

"Sementara manate dan dugong modern tak memiliki kaki belakang dan hidup di air, sapi laut di masa lalu diketahui memiliki empat kaki dan dapat berjalan di darat," terang Heritage.

Lebih lanjut analisis juga menunjukkan, bahwa nenek moyang langsung dugong berevolusi di Amerika Selatan dan bermigrasi ke Karabia lalu menuju pantai Amerika Utara.

Selama lebih dari 20 juta tahun terakhir, sebagian besar Amerika Selatan bagian utara ditutupi oleh lahan basah air tawar. Ini artinya kemunculan sistem Sungai Amazon dengan drainase ke Samudra Atlantik dimulai hanya beberapa juta tahun yang lalu.

"Dalam arti tertentu manate adalah pendatang baru di ekosistem Atlantik Barat ini," ungkap Heritage.


Migrasi itu rupanya juga memunculkan nenek moyang sapi laut yang hidup saat ini.

Sayangnya, setelah migrasi tersebut nenek moyang sapi laut belahan timur mengalami penurunan tajam dan akhirnya menghilang.

Tetapi garis keturunan belahan Bumi barat yang terbentuk di awal Oligosen memunculkan banyak spesies laut yang berkembang dan bertahan selama puluhan juta tahun.

Peneliti juga menemukan bahwa setidaknya tiga garis keturunan sapi laut Karibia bermigrasi ke Samudra Pasifik selama zaman Miosen, antara 23 dan 5 juta tahun yang lalu, masa di mana Amerika tengah dan Selatan belum terhubung.

Salah satu keturunan dari migrasi Pasifik tersebut adalah sapi laut Steller (Hydrodamalis gigas).

Spesies raksasa ini dideskripsikan pada tahun 1741 oleh ahli biologi Jerman Georg Wilhelm Steller, yang berpartisipasi dalam Ekspedisi Besar Utara Vitus Bering.

Spesies itu lalu punah 27 tahun kemudian, mungkin sebagai akibat dari perubahan habitat yang didorong oleh manusia dan eksploitasi berlebihan.

"Keragaman garis keturunan sapi laut tertinggi terjadi sekitar 22 dan 16 juta tahun yang lalu. Tetapi selama 9 juta tahun terakhir jumlah garis keturunan telah menurun drastis sehingga hanya ada sedikit spesies yang tersisa hari ini," tulis peneliti dalam makalah mereka.

Temuan di atas tak lepas dari hasil kerja keras peneliti mengumpulkan kumpulan data terbesar dari spesies hidup dan fosil, menggabungkan genetika, anatomi, geografi, dan usia geologi.

Tim juga melakukan analisis model statistik skala waktu untuk nenek moyang sapi laut dan model biogeografi historis, yang mengidentifikasi usia dan arah migrasi melintasi lautan Bumi.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/08/29/180300723/studi-baru-lacak-evolusi-sapi-laut-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke