Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Gurita Selalu Mati Kelaparan Setelah Bertelur?

Kompas.com - 22/08/2022, 14:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Gurita adalah hewan yang sangat pintar dan mempesona dengan keterampilan memecahkan masalah dan kamuflase yang menakjubkan.

Tetapi, gurita termasuk hewan yang berumur pendek, biasanya hanya sekitar satu sampai dua tahun.

Ini karena gurita adalah semelparous, yang berarti mereka bereproduksi hanya sekali sebelum mereka mati.

Dengan demikian, gurita betina akan mati setelah ia kawin dan bertelur.

Kenapa gurita mati setelah bertelur?

Setelah bertelur, induk gurita akan berhenti makan. Ia akan menjaga telurnya sampai menetas selagi perlahan-lahan mati karena kelaparan. 

Baca juga: Sains Jelaskan Penyebab Gurita Punya Kecerdasan Luar Biasa 

Di penangkaran, terkadang gurita akan merobek kulitnya sendiri dan memakan ujung tentakelnya.

Sekarang, para ilmuwan telah menemukan mengapa skenario tragis ini terjadi. 

Dilansir dari Science Alert, ilmuwan mengatakan, perilaku ini ada hubungannya dengan kelenjar optik di antara mata gurita, kelenjar yang mirip dengan kelenjar pituitari pada manusia.

Pada tahun 1977, para peneliti mengangkat kelenjar tersebut dan menemukan bahwa naluri keibuan gurita menghilang; gurita meninggalkan telurnya, mulai makan lagi, dan hidup lebih lama.

Pematangan organ reproduksi tampaknya didorong oleh sekresi dari kelenjar optik. 

ilustrasi guritapixabay ilustrasi gurita

Baca juga: Apa yang Dimakan Gurita?

Sekresi yang sama ini, tampaknya, menonaktifkan kelenjar pencernaan dan ludah, yang menyebabkan gurita mati kelaparan.

Dalam penelitian baru, ahli neurobiologi dari University of Chicago menggunakan alat pengurutan genetik untuk menggambarkan sinyal molekuler yang tepat yang dihasilkan oleh kelenjar optik gurita California (Octopus bimaculoides) betina setelah bereproduksi.

Mereka juga menggambarkan empat fase berbeda dari perilaku induk gurita yang dapat mereka hubungkan dengan sinyal-sinyal ini, menjelaskan bagaimana kelenjar optik mendorong kematiannya.

“Kami membawa penelitian cephalopoda ke abad ke-21 dan cara apa yang lebih baik untuk melakukannya selain membuka selubung organ yang secara historis telah memesona para ahli biologi cephalopoda untuk waktu yang sangat lama,” kata neurobiologis Z. Yan Wang.

"Perilaku ini sangat berbeda dan stereotip ketika Anda benar-benar melihatnya. Ini benar-benar menarik karena ini pertama kalinya kami dapat menunjukkan mekanisme molekuler apa pun untuk perilaku dramatis seperti itu, yang bagi saya adalah tujuan utama mempelajari ilmu saraf," ujarnya.

Baca juga: Gurita Bisa Berubah Warna dengan Cepat, Ini Penjelasannya Menurut Sains

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com