Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkes Budi Beberkan Upaya Tangani Stunting di Indonesia, Apa Saja?

Kompas.com - 12/08/2022, 16:31 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan ada tiga upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), untuk mencegah stunting pada anak di Indonesia. Dia menyebut, ketiga intervensi itu akan dimulai pada wanita sebelum kehamilan.

Dilansir dari laman Sehat Negeriku, Jumat (12/8/2022) Budi berkata pihaknya ditugaskan untuk menurunkan angka stunting dari 24 persen (2021) menjadi 14 persen di tahun 2024.

"Kita sudah belajar bahwa intervensi atau program yang harus kita lakukan untuk bisa menurunkan stunting, fokus diarahkan bagi wanita sebelum melahirkan,” ujar Budi saat memberikan sambutan di acara Kampanye Gizi Seimbang dan Pemecahan Rekor MURI yang diselenggarakan oleh Pemprov Jawa Barat, Kamis (11/8/2022).

“Jadi yang intervensi akan fokus diarahkan pada wanita sebelum melahirkan, baik remaja di kelas 7 ke atas dan juga pada saat ibunya hamil itu adalah titik yang paling rawan menyebabkan stunting,” sambung dia.

Berikut tiga upaya penanganan stunting di Indonesia yang dilakukan Kemenkes:

1. Pemberian tablet tambah darah

Menkes Budi menjelaskan upaya pertama pencegahan stunting adalah pemberian tablet tambah darah atau TTD bagi para remaja putri.

Baca juga: Stunting pada Anak, Ketahui Dampak, Ciri, Penyebab, dan Cara Mencegahnya

Kegiatan pemberian tablet tambah darah untuk mencegah stunting pada anak, menurut Menkes, telah dimulai dengan menggalakkan Aksi Bergizi di Sekolah menggunakan tiga paket intervensi, yakni pemberian TTD mingguan bagi remaja putri, aktivitas fisik, serta konsumsi makanan bergizi seimbang.

“Untuk remaja kita harus pastikan mereka tidak kekurangan gizi dan zat besi, jadi harus ada program untuk memastikan para remaja kita sebelum hamil tidak kekurangan zat besi. Salah satunya dengan pemberian TTD di sekolah-sekolah,” paparnya.

2. Pemeriksaan kehamilan hingga makanan tambahan

Upaya kedua mencegah stunting pada anak adalah dengan pemberian TTD, pemeriksaan kehamilan dan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil.

Gizi dan zat besi pada ibu hamil, kata Budi, harus tercukupi. Program yang telah disusun ialah memberi makan yang cukup kepada kelompok tersebut dengan kerja sama dari pemerintah daerah setempat.

"Kita juga memberikan USG ke seluruh puskesmas, kita wajibkan ibu-ibu datang minimal 6 kali selama 9 bulan, untuk melihat perkembangan janinnya cukup atau tidak. Kalau tidak kita bisa segera lakukan intervensi (mencegah anak lahir stunting),” tutur Menkes Budi.

Baca juga: 7 Provinsi Catat Angka Stunting Tertinggi Se-Indonesia, Ini Strategi Kemenkes untuk Mengatasinya

Ilustrasi stunting. Intervensi gizi untuk mencegah stunting pada anak.Shutterstock/Pizza Stereo Ilustrasi stunting. Intervensi gizi untuk mencegah stunting pada anak.

3. Pemberian makanan tambahan pada balita

Upaya ketiga mencegah stunting pada anak ialah pemberian makanan tambahan berupa protein hewani pada anak usia 6 sampai 24 bulan.

Dikatakan Menkes Budi, protein hewani tidak perlu yang harganya mahal. Sebab, ada banyak sumber protein hewani yang harganya terjangkau dan bisa didapatkan oleh para orangtua.

“Yang paling penting menurunkan stunting dengan menambahkan protein hewani seperti telur, ikan, ayam, daging dan susu. Terserah di masing-masing daerah yang tersedianya, yang penting protein hewani,” jelasnya.

Guna memastikan intervensi tersebut berjalan optimal, pihaknya turut menambahkan dua metode pengukuran yang harus diperhatikan oleh petugas kesehatan.

Baca juga: Cegah Anak Stunting sejak Sebelum Kehamilan dengan 6 Syarat Ini

Bagi remaja putri, pemberian TTD dilakukan dengan mengukur kadar hemoglobin dalam darah menggunakan alat HB meter.

Alat cek Hb pun telah tersedia, dan siap didistribusikan ke seluruh puskesmas di Indonesia.

“Pemerintah pusat sudah membeli 10.000 Hb meter mobile untuk seluruh puskesmas, yang bisa dibawa ke sekolah-sekolah untuk mengikuti apakah udah cukup zat besinya. Kalau belum berarti setiap hari harus minum TTD,” lanjut Budi.

Sementara untuk ibu hamil, pengukuran zat besi dan gizi dilakukan dengan penyediaan USG di semua puskesmas.

Melalui alat itu, perkembangan dan pertumbuhan bayi bisa terpantau, sehingga bila ada kondisi yang tidak sesuai, seperti lahir dengan potensi stunting, dapat segera terdeteksi.

Baca juga: 3 Penyebab Stunting Menurut WHO

Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo (kemeja batik) bersama CEO PTPN V Jatmiko Santosa saat menyaksikan petugas yang menimbang berat badan bayi dalam rangka menekan angka stunting di Provinsi Riau, Selasa (26/7/2022).Dok. PTPN V Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo (kemeja batik) bersama CEO PTPN V Jatmiko Santosa saat menyaksikan petugas yang menimbang berat badan bayi dalam rangka menekan angka stunting di Provinsi Riau, Selasa (26/7/2022).

“Pengadaan USG ini akan dilakukan bertahap. Tahun ini 60 persen, tahun depan sisanya 40 persen. Dipilih USG, karena USG bisa mengukur panjang bayi di dalam janin. Kalau saat diukur tubuhnya pendek, kita jadi tahu ibunya kekurangan gizi jadi kita lakukan intervensi lebih banyak untuk menambah gizi sang ibu,” ucap Budi.

Kolaborasi turunkan angka stunting anak

Dengan dukungan dan kolaborasi lintas sektor dan program, Menkes Budi optimis ketiga program intervensi tersebut dapat berhasil dan mampu mengurangi angka kejadian stunting pada anak di Indonesia.

“Kalau ketiganya bisa kita lakukan, Insya Allah stuntingnya bisa turun, dukungan seluruh pihak sangat penting untuk memastikan intervensi ini berjalan optimal,”katanya.

Salah satu dukungan menurunkan angka stunting anak ini, datang dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan menyelenggarakan acara minum satu suplementasi tablet tambah darah yang melibatkan lebih dari 1,5 juta remaja putra dan putri di Jawa Barat.

Baca juga: Angka Stunting Indonesia 24,4 Persen, 7 Provinsi Catat Kasus Tertinggi

Menkes menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas terselenggaranya kegiatan bertajuk “Gemaz (Generasi Emas Bebas Anemia dan Zero New Stunting)”.

Menurutnya acara ini sangat penting dalam kerangka meningkatkan pemahaman para remaja, akan pentingnya gizi seimbang agar terhindar dari penyakit tidak menular (PTM) maupun penyakit menular lainnya di masa depan.

“Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penderita stunting paling banyak. Melalui acara ini kita harapkan bisa menyelesaikan persoalan stunting di Jawa Barat,” terang Budi.

Di akhir sambutannya, ia berharap kegiatan baik tersebut bisa bermanfaat untuk seluruh masyarakat Jawa Barat dan dapat dilanjutkan di daerah lain di Indonesia.

Baca juga: Studi: Kasus Anak Stunting hingga Obesitas Masih Tinggi di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com