KOMPAS.com - Arti stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat malnutrisi, infeksi berulang, dan kurangnya stimulasi psikososial pada 1.000 hari pertama umur anak. Hal ini berbahaya karena bisa menimbulkan gangguan fungsi tubuh yang permanen hingga anak dewasa, seperti gangguan perkembangan otak.
Gejala utama stunting adalah tubuh yang pendek atau kerdil. Sayangnya, masyarakat banyak menganggap anaknya pendek karena faktor keturunan. Hal ini membuat mereka tidak melakukan apa-apa untuk mencegah atau mengoreksi kondisi tersebut. Padahal, stunting adalah kondisi yang bisa dicegah.
Dilansir dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan, terdapat tiga faktor penyebab stunting sebagai berikut:
Penyebab utama stunting adalah rendahnya akses pada makanan yang bergizi. Makanan yang beragam dengan gizi lengkap sangat penting untuk anak-anak dalam masa pertumbuhan. Idealnya, satu porsi makanan terdiri dari setengah piring buah dan sayur, setengah piring lagi protein dan karbohidrat, dengan perbandingan protein lebih banyak dari karbohidrat.
Sayangnya, tidak semuanya sadar untuk melakukannya dan seringkali memberikan menu yang sama sehingga asupan gizi tidak lengkap dan seimbang. Jika terjadi dalam waktu yang lama, maka akan memicu malnutrisi.
Faktor yang kedua yang menyebabkan stunting adalah pola asuh yang dipengaruhi perilaku. Pola asuh ini berkaitan dengan kurangnya edukasi dan kesadaran ibu hamil untuk mencukupi kebutuhan gizi janin dan bayi yang baru lahir.
Wanita remaja sebagai calon ibu perlu mengetahui bagaimana memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan memberi stimulasi bagi janin. Selain itu, setelah bayi lahir, ibu harus melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) dan berupaya agar bayi mendapatkan kolostrum. Selama 6 bulan pertama bayi hanya meminum ASI saja.
Setelah lewat dari 6 bulan, bayi masih boleh diberikan ASI hingga 2 tahun. Namun, untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, bayi harus diberikan asupan makanan pendamping ASI (MPASI) serta dipantau tumbuh kembangnya dengan membawanya ke Posyandu.
Stunting bisa disebabkan oleh terbatasnya akses air bersih dan rendahnya sanitasi. Dengan begitu, anak menjadi rentan terkena infeksi. Sesuai dengan pengertian stunting dari World Health Organization (WHO), bahwa salah satu penyebab stunting adalah terkena infeksi berulang kali.
Contoh nyata perilaku yang menunjukkan rendahnya sanitasi dan sulit akses air bersih adalah buang air sembarangan serta belum terbiasa untuk mencuci tangan.
Baca juga: Waspadai Stunting pada Anak, Dokter Ingatkan untuk Penuhi Nutrisi Hariannya
Menurut Data Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4 persen pada tahun 2021. Pemerintah terus berupaya untuk melakukan beberapa intervensi untuk menurunkan prevalensi dengan target 14 persen pada tahun 2024.
Berikut ini beberapa cara mencegah stunting: