Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/06/2022, 12:32 WIB
Nadia Faradiba

Penulis

KOMPAS.com - Arti stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat malnutrisi, infeksi berulang, dan kurangnya stimulasi psikososial pada 1.000 hari pertama umur anak. Hal ini berbahaya karena bisa menimbulkan gangguan fungsi tubuh yang permanen hingga anak dewasa, seperti gangguan perkembangan otak.

Gejala utama stunting adalah tubuh yang pendek atau kerdil. Sayangnya, masyarakat banyak menganggap anaknya pendek karena faktor keturunan. Hal ini membuat mereka tidak melakukan apa-apa untuk mencegah atau mengoreksi kondisi tersebut. Padahal, stunting adalah kondisi yang bisa dicegah.

Penyebab stunting

Dilansir dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan, terdapat tiga faktor penyebab stunting sebagai berikut:

1. Pola makan

Penyebab utama stunting adalah rendahnya akses pada makanan yang bergizi. Makanan yang beragam dengan gizi lengkap sangat penting untuk anak-anak dalam masa pertumbuhan. Idealnya, satu porsi makanan terdiri dari setengah piring buah dan sayur, setengah piring lagi protein dan karbohidrat, dengan perbandingan protein lebih banyak dari karbohidrat.

Sayangnya, tidak semuanya sadar untuk melakukannya dan seringkali memberikan menu yang sama sehingga asupan gizi tidak lengkap dan seimbang. Jika terjadi dalam waktu yang lama, maka akan memicu malnutrisi.

2. Pola asuh

Faktor yang kedua yang menyebabkan stunting adalah pola asuh yang dipengaruhi perilaku. Pola asuh ini berkaitan dengan kurangnya edukasi dan kesadaran ibu hamil untuk mencukupi kebutuhan gizi janin dan bayi yang baru lahir.

Wanita remaja sebagai calon ibu perlu mengetahui bagaimana memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan memberi stimulasi bagi janin. Selain itu, setelah bayi lahir, ibu harus melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) dan berupaya agar bayi mendapatkan kolostrum. Selama 6 bulan pertama bayi hanya meminum ASI saja.

Setelah lewat dari 6 bulan, bayi masih boleh diberikan ASI hingga 2 tahun. Namun, untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, bayi harus diberikan asupan makanan pendamping ASI (MPASI) serta dipantau tumbuh kembangnya dengan membawanya ke Posyandu.

3. Sanitasi dan akses air bersih

Stunting bisa disebabkan oleh terbatasnya akses air bersih dan rendahnya sanitasi. Dengan begitu, anak menjadi rentan terkena infeksi. Sesuai dengan pengertian stunting dari World Health Organization (WHO), bahwa salah satu penyebab stunting adalah terkena infeksi berulang kali.

Contoh nyata perilaku yang menunjukkan rendahnya sanitasi dan sulit akses air bersih adalah buang air sembarangan serta belum terbiasa untuk mencuci tangan.

Baca juga: Waspadai Stunting pada Anak, Dokter Ingatkan untuk Penuhi Nutrisi Hariannya

Cara mencegah stunting

Menurut Data Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4 persen pada tahun 2021. Pemerintah terus berupaya untuk melakukan beberapa intervensi untuk menurunkan prevalensi dengan target 14 persen pada tahun 2024.

Berikut ini beberapa cara mencegah stunting:

  • Memenuhi gizi sejak kehamilan
  • Memeriksakan kesehatan ibu hamil secara rutin ke dokter atau bidan
  • Memberikan ASI Eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan
  • Memberikan MPASI yang sehat
  • Memantau tumbuh kembang anak
  • Menjaga kebersihan lingkungan, terutama di rumah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com