Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari 14 Persen Orang di Dunia Diduga Terkena Penyakit Lyme, Apa Itu?

Kompas.com - 15/06/2022, 11:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setidaknya, lebih dari 14 persen orang di dunia diduga telah terkena penyakit Lyme, penyakit yang ditularkan melalui kutu. Temuan itu diungkapkan dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal BMJ Global Health tahun 2022.

“Ini adalah tinjauan sistematis paling komprehensif dan terkini tentang prevalensi penyakit di seluruh dunia," ujar peneliti.

Para peneliti menyebut wilayah Eropa Tengah memiliki tingkat infeksi akibat gigitan kutu tertinggi, di mana jumlahnya mencapai 20 persen. Sementara itu, pria berusia di atas 50 tahun yang tinggal di daerah pedesaan paling berisiko menderita penyakit Lyme.

Setelah Eropa Tengah, wilayah dengan tingkat antibodi terhadap penyakit Lyme tertinggi adalah Asia Timur sebesar 15,9 persen.

Baca juga: Wanita di AS Meninggal Usai Terinfeksi Virus Powassan yang Disebarkan Kutu, seperti Apa Gejalanya?

Kemudian, disusul Eropa Barat dengan 13,5 persen, dan Eropa Timur sebanyak 10,4 persen. Sementara Karibia memiliki tingkat terendah, dengan hanya 2 persen populasi.

Seperti dilansir Science Alert, Selasa (14/6/2022), tim mengumpulkan data dari 89 penelitian untuk mengetahui seberapa umum penyakit Lyme di seluruh dunia.

Hasilnya menunjukkan bakteri Borrelia burgdorferi (Bb), salah satu yang menyebabkan penyakit Lyme, ditemukan dalam darah 14,5 persen dari hampir 160.000 total peserta. 

"Infeksi Borrelia burgdorferi sensu lato (Bb), penyakit yang paling sering ditularkan melalui kutu, tersebar di seluruh dunia," tulis para peneliti.

"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan seroprevalensi global dan karakteristik sosiodemografi Bb pada populasi manusia," lanjut mereka.

Studi sebelumnya telah menemukan bahwa prevalensi tick-borne diseases, atau penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari kutu, meningkat dua kali lipat dalam 12 tahun terakhir.

Kondisi tersebut disebabkan durasi musim panas yang lebih lama dan lebih kering karena perubahan iklim, migrasi hewan, hilangnya habitat, dan semakin sering manusia melakukan kontak dengan hewan peliharaan.

Baca juga: Justin Bieber Kena Lyme Disease, Penyakit Ini Bisa Menyerang di Mana?

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com