Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog: Jangan Buat Konten demi Like Saja, Cintailah dengan Natural

Kompas.com - 14/06/2022, 13:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Saat ini, banyak sekali kita lihat orang-orang seolah berlomba-lomba membuat konten yang bahkan aneh-aneh hanya demi meningkatkan jumlah like dan followers akun media sosialnya saja.

Beberapa contohnya seperti konten para pemuda remaja yang sengaja menghadang truk sedang berjalan, padahal ini sangat mengancam jiwa dan banyak kasus yang menunjukkan tindakan demi konten media sosial itu merenggut nyawa.

Selain itu, buat konten demi like juga dilakukan wanita berhijab yang pamer payudara, hingga konten mahasiswi keperawatan yang melanggar kode etik menyebarluaskan pemasangan kateter urine seorang pasien pria, sampai digelarnya prosesi pernikahan seorang pria dan seekor kambing hanya demi like dan followers yang berujung pada permintaan maaf dan klarifikasi, serta berbagai sanksi lainnya.

Beberapa kasus di atas hanyalah contoh saja. Di berbagai platform media sosial ada banyak sekali contoh konten “aneh” yang bahkan cenderung dianggap “ide gila” hanya untuk menarik perhatian pengguna media sosial lainnya agar mengikuti akun sosmed si pembuat dan memberikan tanda suka “lika” pada konten yang mereka unggah tersebut.

Melihat fenomena kecenderungan masyarakat atau pengguna media sosial membuat konten “aneh” ini, Eunike Sri Tyas Suci dari Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya mengatakan, memang ini semua dilakukan oleh pengguna tersebut demi sebuah perhatian.

Baca juga: Konten Viral TikTokers Berhijab Pamer Payudara, Psikolog: Ada Perasaan Puas Saat Terkenal dan Viral

“Menurut saya, orang yang perilakunya aneh-aneh memang dengan sengaja dilakukan untuk mendapat perhatian,” kata Tyas kepada Kompas.com, Senin (13/6/2022).

“Dalam sosmed (social media) tentu akan berpotensi di like dan meningkatkan followers,” tambahnya.

Namun, seharusnya para pengguna media sosial (medsos) yang memang ingin fokus mencari keuntungan dari bermain medsos tersebut haruslah memikirkan cara yang lebih baik atau lebih positif daripada membuat konten-konten aneh, yang bahkan bisa merugikan diri sendiri di kemudian hari.

Tyas menjelaskan, seharusnya mereka bisa belajar dengan orang-orang yang sudah sangat serius dalam bidang content creator (kreator konten) seperti para youtuber, influencer dan lainnya.

Pada dasarnya, kata Tyas, mereka yang serius jadi YouTuber biasanya akan mengemas dengan baik dan bersedia mengeluarkan kocek atau uang untuk sebuah video yang enak dinikmati masyarakat.

Umumnya, video yang mereka buat juga merupakan sesuatu yang bisa menambah pengetahuan atau wawasan mengenai suatu hal yang tidak biasa.

Baca juga: Video Viral Remaja ABG Cegat Truk Tronton demi Konten, Ini Kata Psikolog

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com